SITUBONDO, iNews.id - Produksi Pabrik Gula (PG) Asembagus di Situbondo mengalami penurunan. Kondisi rendemen atau kandungan kadar air gula tebu yang rendah, menjadi salah satu faktor penurunan produksi.
Manajer QA Pabrik Gula Asembagus, Situbondo, Agus Amanda mengatakan, kandungan gula dalam batang tebu masih rendah disebabkan faktor cuaca yang kerap turun hujan. Kondisi tersebut yang berpengaruh terhadap rendahnya rendemen yang berada kisaran 6,7 persen.
"Rendemen tebu sampai sekarang masih di kisaran 6,7 persen, karena kadar air berlebih yang diakibatkan cuaca tak menentu," terang Agus, Kamis ( 21/7/2022).
Menurutnya, memasuki bulan ketiga seperti saat ini, rendemen tebu bisa mencapai 7 atau 8 persen. Namun karena cuaca masih belum stabil, membuat kadar gula dalam batang tebu rendah.
"Rendemen tebu menjadi penentu harga tebu, karena pabrik gula membeli tebu petani sesuai rendemen. Rendemen tebu akan naik, seiring semakin minimnya intensitas hujan," tuturnya.
Agus menjelaskan, Rendemen tebu bisa diketahui saat usia tebu sudah siap untuk panen, atau usai giling setelah menjadi kristal gula. Rendemen tebu biasanya mencapai maksimal 9 persen, jika didukung dengan cuaca yang baik. "Soal rendemen tidak ada batasannya, lebih dari 9 persen juga itu lebih bagus dan lebih baik," jelasnya.
Sebagai informasi, PG Assembagus menargetkan capaian 440 ribu ton tebu. Namun di waktu tiga bulan terakhir, pabrik gula milik PT Perkebunan Nusantara XI tersebut, produksinya masih sekitar 170 ribu ton tebu. Dengan rata- rata giling tebu 3,5 ton per hari.
"Terkadang setiap hari bisa menggiling 3,9 ton tebu, namun karena terkendala bahan baku, maka rata-rata hanya menggiling 3,5 ribu ton per hari," paparnya.
Sementara Sekretaris Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) PG Asembagus, Muhammad Fauzi menyebut, sebagai lembaga asosiasi yang melindungi para petani, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pabrik, untuk menentukan jadwal tebang. Pihaknya juga membuat kesepakatan harga bersama PG Asembagus, sehingga muncul harga Rp 64 ribu per kwintal tebu.
"PG Asembagus sanggup membeli Rp 65 ribu per kwintal, apabila tebunya dalam kondisi baik,"ujar Fauzi
Fauzi mengatakan, PG Asembagus memberlakukan sistem pembelian langsung bayar dengan harga sesuai kesepakatan, antara PG Asembagus dan APTRI PG Asembagus. "Sebenarnya harganya masih kurang tinggi, namun karena PG Asembagus masih memberikan reward dengan membeli Rp 65 ribu per kuintal, dengan catatan tidak ada tanah dan solang (tunas tebu)," tuturnya.
Dengan harga tersebut, sebut Fauzi, petani masih bisa diuntungkan sekitar 40 persen dari modal, jika lahannya milik sendiri. Namun jika masih sewa lahan, maka keuntungannya sangat tipis, yakni sekitar 20 persen dari modal penanaman tebu. Sebab modal menanam tebu per hektar, bisa mencapai Rp 30 juta.
"Karena harga sewanya saja tinggi, sekitar Rp15-20 juta per hektar. Belum lagi biaya tanamnya, jadi keuntungannya tipis, bahkan bisa impas gak ada untung," ungkap Fauzi.
Menurut Fauzi, satu hektar lahan bisa menghasilkan hingga 700 - 1.000 kwintal. Bahkan, jika lahannya subur dan perawatannya istimewa, bisa tembus hingga 1.500 kwintal.
Ia berharap, petani tebu di wilayah PG Asembagus bisa menjual hasil tebunya ke pabrik milik pemerintah tersebut. Itu agar revitalisasi yang sudah dilakukan pihak PG Asembagus, bisa bekerja maksimal, yakni bisa menggiling tebu Rp 6 ribu ton per hari.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait