SURABAYA, iNews.id - Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar festival Mahakarya Vokasi, di Grand City Mall, Surabaya, Jawa Timur.
Festival yang di helat pada 28-31 Juli 2022 ini menghadirkan sejumlah teknologi virtual reality (VR), yang saat ini semakin populer digunakan di Indonesia untuk beragam kegiatan sehari-hari.
Menariknya, gelaran tersebut merupakan hasil kolaborasi antarsatuan pendidikan vokasi, sekaligus menjadi salah satu implementasi nyata Merdeka Belajar melalui project base learning (PBL) yang menjadi model pembelajaran yang khas di pendidikan vokasi.
Festival Mahakarya Vokasi merupakan area pameran virtual dengan menggunakan konsep fantasy treasure island atau tempat imajinatif pencarian harta karun, melalui pendekatan miniatur keindahan alam Indonesia.
Dengan menggunakan kacamata VR, para pengunjung pameran akan diajak berkunjung ke sejumlah pulau-pulau yang indah dan cantik di Indonesia.
Digarap dengan semangat kolaborasi, karya ini merupakan hasil kerja bersama antara SMK Raden Umar Said, Kudus, Politeknik Negeri Batam (Polibatam), dan ISBI Bandung.
Proses pembuatannya memakan waktu sekitar tiga bulan, dengan melibatkan banyak tim dari lintas program studi, lintas jurusan mulai dari programer, 3D desainer, 2D desainer, pengisi suara, dan sebagainya. Semuanya merupakan siswa maupun mahasiswa.
Gastya Eka Putra, mahasiswa program studi sarjana terapan (D-4) Jurusan Multimedia dan Jaringan Polibatam, menjadi salah satu yang ikut serta dalam proses pembuatan fitur VR untuk Festival Mahakarya Vokasi.
Gastya bertugas sebagai tim programer dan bertanggung jawab untuk membuat perintah agar dunia virtual ini bisa berjalan lancar dan senyata mungkin.
“Ini benar-benar pengalaman baru, karena selama ini belum pernah mengerjakan proyek yang terkait dengan VR. Jadi, kami benar-benar bisa belajar hal baru, apalagi ternyata kami juga harus berkolaborasi dengan SMK RUS, Kudus,” kata Gastya.
Dari kolaborasi bersama SMK RUS tersebut, Gastya tidak hanya mengaku mendapatkan banyak ilmu seperti bagaimana membuat animasi untuk aplikasi simulasi.
Gastya yang sudah terbiasa dalam kerja tim di kampusnya, mengaku tidak sungkan untuk bekerja sama dan menimba ilmu dari anak SMK.
“Kalau bagi saya, tidak ada inovasi tanpa kolaborasi, dan kolaborasi bisa dilakukan dengan siapa saja, termasuk dengan SMK sekalipun,” ujar Gastya.
Pengalaman serupa juga dirasakan Nadia, siswa kelas 12 SMK RUS KUDUS. Nadia yang tergabung dalam tim konsep pada proyek Festival Mahakarya ini mengaku mendapatkan banyak pengalaman dalam proyek ini. Terutama melatih soft skills saat harus bekerja dalam sebuah tim dan berjauhan.
“Kalau untuk VR, kami sudah dapatkan dalam proses pembelajaran. Jadi, tinggal mempraktikkan apa yang sudah saya pelajari. Akan tetapi, karena ini kolaborasi, sehingga perlu penyesuaian di sana-sini. Apalagi, kita bekerja berjauhan, satu di Kudus, satu di Batam, lalu musik di Bandung,” kata Nadia tentang pengalamannya selama mengerjakan proyek tersebut.
Dari kolaborasi ini, Nadia dan rekan-rekannya belajar tentang bagaimana komunikasi dan kerja sama menjadi penting.
Pasalnya, hasil kerja dari tim di SMK RUS, kemudian diestafetkan ke Polibatam, dan juga bagaimana memastikan agar musiknya pas dengan visual.
“Nah, dari sinilah justru saya dan teman-teman belajar, bahwa dalam sebuah kolaborasi, komunikasi yang baik itu perlu sekali. Kami jadi dapat pelajaran tentang bagaimana membangun komunikasi secara nyata yang mungkin tidak ada di buku buku pelajaran,” jelas Nadia.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait