Sejarah Perang Inggris dan Argentina

Oktavianto Prasongko
Royal Navy official photographer - iwm.org.uk

SURABAYA, iNews.id - Peperangan antara Inggris dan Argentina dikenal juga dengan Perang Falkland atau Perang Malvinas terjadi pada tahun 1982. Awal mulanya adalah di tahun 1970 an krisis ekonomi yang dialami oleh Argentina terlihat semakin parah, hal ini terlihat oleh gelombang protes dari rakyatnya. 

Melihat kondisi yang semakin tidak kondusif, pemerintah Argentina yang khawatir malah mengambil tindakan blunder yaitu bertindak represif terhadap kelompok-kelompok yang dianggap oposisi. 

Pemerintah Argentina yang kala itu dikuasai oleh junta militer membunuh kurang lebih 30 ribu orang yang dianggap oposisi dan kritis terhadap pemerintah. 

Para korban tersebut dituduh pengikut paham komunis yang menjadi ancaman bagi stabilitas keamanan pemerintah Argentina yang menjadi sekutu Amerika Serikat di wilayah Amerika selatan.

Berbagai gelombang protes rakyat Argentina kala itu memperparah rakyat tidak percaya dengan pemerintah. Pemerintah perlu mencari cara untuk mengalihkan perhatian agar kekesalan rakyat tidak tertuju pada mereka. 

Presiden Argentina yang berkuasa pada saat itu yaitu Leopoldo Furtano Galtieri Castelli, yang menjabat pada tanggal 22 Desember 1981 – 17 Juni 1982 yang berasal dari militer, mengumpulkan semua pengikutnya untuk berdiskusi dan menemukan cara bagaimana meningkatkan dukungan rakyat. 

Setelah berdiskusi panjang lebar, akhirnya mereka menemukan solusi. Yakni para penguasa ini membakar rasa nasionalisme rakyatnya dengan cara mendeklarasikan perang melawan Inggris, yang secara de facto menguasai Pulau Falkland. Hal ini didukung oleh masyarakat Inggris yang secara de facto menguasai Pulau Falkland.

Pulau Fakland adalah pulau yang terletak kurang lebih 480 km dari pesisir timur Argentina. Bagi rakyat Argentina, Falkland biasa disebut Malavinas dan mayoritas rakyat Argentina masih percaya pulau tersebut masih dalam wilayah Argentina. Sehingga keberadaan Inggris di pulau tersebut adalah merupakan bentuk penjajahan. 

Pada tahun 1978, Argentina baru saja memenangkan Piala Dunia, kejuaraan sepak bola dari seluruh negara-negara di dunia. Jadi tidak heran semangat nasionalisme rakyat Argentina pada saat itu masih sangat tinggi. 

Hal inilah yang membuat rakyat Argentina untuk mendukung keputusan Presiden Galtieri dan melupakan krisis ekonomi yang sedang terjadi. 

Dalam sejarah Pulau Falkland adalah merupakan sengketa internasional antara Argentina dan Inggris sejak jaman kolonialisme. 

Rakyat Argentina merasa bahwa Pulau Falkland adalah bagian dari negaranya, dilihat baik dari geografi maupun dari budaya, mereka merasa memiliki hak dari Pulau Falkland yang dulu adalah koloni dari Spanyol dan Argentina yang dulu juga pernah dikuasai oleh Spanyol. 

Sedangkan Inggris melihatnya dengan cara pandang yang lain, mereka menganggap Pulau Falkland masih menjadi miliknya. Pada tahun 1841 Inggris telah mengambil alih Pulau Falkland dari Spanyol. 

Penguasaan Pulau Fakland masih diperkuat dengan migrasi datangnya warga Inggris sebanyak 1800 orang yang tinggal menetap di pulau tersebut. Sebagian besar warga yang tinggal disana adalah merupakan warga Inggis yang migrasi. 

Melihat kondisi Argentina yang sedang kacau dan membandingkannya dengan Inggris yang merupakan negara maju maka tidak mengherankan sebagaian besar warga yang tinggal di Pulau Falkland lebih memilih untuk menjadi bagian dari Inggris. 

Sejak diduduki Inggris maka Argentina yang merasa pulau Falkland adalah merupakan bagian dari wilayahnya terus melakukan protes kepihak internasional. 

Pasca perang dunia ke-2 permasalahan Pulau Falkland ditangani oleh Persekutuan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun perundingan di PBB juga tidak kunjung menemukan titik temu malah yang ada ketemu jalan buntu. 

Para pihak baik Argentina maupun Inggris saling mengklaim dan mengeluarkan bukti-bukti yang ada untuk menguasai pulau tersebut. Kebuntuan diskusi tersebut akhirnya pecah ketika presiden Argentina memerintahkan untuk merebut secara paksa Pulau Falkland dengan cara mengirimkan kekuatan militer Argentina. 

Invasi Argentina dimulai dengan cara mengirimkan kurang lebih 3000 prajurit yang serangannya diujung tombaki oleh 550 prajurit komando, 80 pasukan komando Angkatan Laut dan sekitar 20 tank amfibi. 

Tujuannya merebut Port Stanley yang merupakan ibukota Pulau Falkland. Pasukan Argentina yang sangat kuat ini hanya menghadapi 68 prajurit Marinir Inggris yang sangat tidak siap. Akhirnya dengan cepat pasukan militer Argentina menguasai Pulau Georgia Selatan dan berhasil menduduki Pulau Falkland. 

Kemenangan atas Inggris ini disambut dan dirayakan sangat meriah di negaranya dan rakyat Argentina telah lupa dengan krisis ekonomi yang melanda negaranya karena terlalu bergembira dengan capaian militernya yang berhasil mengalahkan Inggris yang merupakan mantan adidaya di dunia.

Disisi lain, pihak Inggris tentu tidak tinggal diam, Margaret Thatcher yang kala itu menjadi Perdana Menteri Inggris merasa bahwa 1800 warga negara Inggris yang bermigrasi dan telah tinggal di Pulau Falkland adalah bagian dari keluarga masyarakat Inggris. 

Baginya serangan terhadap Falkland sama halnya serangan terhadap Inggris sendiri dan karenanya dia juga memilih untuk menempuh jalur militer untuk memberi pelajaran bagi militer Argentina. Inggris tidak akan tinggal diam jika wilayahnya diserang oleh negara lain. 

 

Dengan berbagai nasehat dari para nasehatnya dan nasehat dari Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan, yang juga merupakan negara sekutunya untuk menempuh jalur diplomasi. 

Akan tetapi Margaret Thatcher tetap bersikukuh dengan pendiriannya untuk tetap memilih jalur militer lengkap dengan senjata dan resiko politik yang mungkin terjadi. Karena resiko politiknya memang sangat besar, mengirimkan pasukan militer dengan jarak kurang lebih 13 ribu km. 

Hal ini bukan perkara mudah kalau pada akhirnya berhasil dengan kegagalan karena bisa menjadi noda hitam bagi sejarah Inggris itu sendiri dan karir politik Margaret Thatcher.

Pada wawancaranya di Independent Television News tanggal 5 April 1982, dia berkata: “Kita harus memulihkan pulau-pulau Falkland untuk Inggris dan untuk orang-orang keturunan Inggris yang tinggal disana”.

 Itulah komitmen Margaret Thatcher pada permasalahan Pulau Falkland tersebut lalu mendeklarasikan wilayah perang seluas 1300 km sekitar Pulau Falkland. 

Inggris kemudian mengerahkan dua kapal induk yaitu HMS HERMES dan HMS INVICIBLE. Dibawah kepemimpinannya pada tanggal 5 April 1982, pemerintah Inggris mengirim satuan tugas Angkatan Laut sejauh 8000 mil ke Atlantik Selatan. 

Hal ini dilakukan untuk menghadapi pasukan Argentina sebelum melakukan serangan amfibi di Pulau Falkland. Kekuatan Inggris yang dikerahkan pada saat itu adalah 38 kapal perang, 77 kapal tambahan dan 11 ribu tentara.

Perebutan Kembali Pulau Falkland oleh Inggris sebenarnya dianggap sangat sulit. Dengan situasi menegangkan menjelang perang, Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan, juga telah membujuk Argentina yang juga merupakan negara sekutunya untuk menandatangani perjanjian damai namun ditolak oleh Argentina pada tanggal 19 April 1982. 

Amerika Serikat sebenarnya tidak mau kalau kedua negara sekutunya ini yaitu Inggris dan Argentina untuk berperang, walau begitu usaha Amerika Serikat untuk mendamaikan diacuhkan oleh kedua negara sekutunya ini. 

Kedua negara sekutunya ini telah sama-sama mantap untuk berperang. Hingga akhirnya pada tanggal 25 April 1982 Inggris telah berhasil merebut dan menguasai Pulau Georgia Selatan dari Argentina. 

Kemudian pada tanggal 1 Mei 1982 militer Inggris makin agresif menyerang Argentina, pada hari itu Royal Air Force Inggris menyerang pangkalan udara Stanley di Pulau Falkland yang pada saat itu diduduki oleh militer Argentina dan setidaknya tiga pesawat Argentina berhasil ditembak jatuh.

Pada keesokan harinya yaitu pada tanggal 2 Mei 1982 kapal selam milik Inggris yaitu HMS CONQUEROR diperintahkan menembak kapal penjelajah ARA GENERAL BELGRANO milik Argentina dan menewaskan 323 awak kapal. 

Serangan demi serangan terus dilancarkan oleh militer Inggris ke wilayah-wilayah yang vital bagi militer Argentina. Pada tanggal 14 Juni 1982 militer Inggris berhasil merebut dan menguasai Port Stanley tanpa perlawanan berarti dari Argentina. 

Sejak direbut dan dikuasainya Port Stanley maka secara resmi Argentina kalah perang dengan Inggris. Konflik peperangan yang berlangsung selama 74 hari tersebut dan berakhir dengan menyerahnya Argentina pada tanggal 14 Juni 1982, dilaporkan telah memakan korban jiwa sebanyak 649 orang militer Argentina, 255 orang militer Inggris dan 3 orang sipil warga Inggris meninggal dunia.

Pasca kekalahan perang Falkland kondisi ekonomi Argentina yang sebelum perang telah mengalami krisis menjadi semakin parah, inflasinya melonjak 200 persen dan hutang luar negeri mereka mencapai angka 39 miliar dollar Amerika. 

Strategi presiden Argentina untuk mengangkat namanya justru berujung blunder yang malah semakin sulit dipercaya dimata warga negaranya dan justru merugikan pemerintahannya dan junta militernya. 

Keputusan Presiden Galtieri ini bisa disebut sebuah ironi sebab disebuah laporan CIA memang Inggris berencana untuk mengakui beralihnya kekuasaan di Pulau Falkland untuk diserahkan ke Argentina. 

Rencana ini dilatar belakangi karena kondisi ekonomi Inggris yang pada saat itu juga mengalami krisis. Namun sebelum rencana itu dijalankan oleh Inggris pihak Argentina telah keburu melakukan serangan ke Pulau Falkland.

Jika saja Presiden Argentina, Leopoldo Furtano Galtieri Castelli, sedikit saja mau bersabar maka Pulau Falkland bisa menjadi bagian dari Argentina dengan damai dan tanpa pertumpahan darah. Karir presiden Argentina pun berakhir dan digantikan oleh Mayor Jendral Afredo Oscar. 

Sementara bagi Margaret Thatcher, dia dan partainya mengalami nasib yang berbeda dengan apa yang dialami oleh Galtieri. 

Sebelum perang Falkland karir politik Margaret Thatcher terus menurun dan kalah elektabilitas dari rivalnya dari Partai Sosial Demokrat selain itu Inggis pada saat itu juga dalam sedang mengalami krisis ekonomi. 

Dengan kemenangan perang Inggris bisa mengalahkan Argentina ini kepercayaan warga Inggris kepada Margaret Thatcher naik sangat pesat dimata masyarakat. 

Lagu Rule..Britania, diputar seluruh penjuru negeri Inggris dan berganti masyarakt Inggris yang dilanda nasionalisme. Mereka percaya kejayaan Inggris tidak benar-benar hilang. 

Terbukti pada saat partai Margaret Thatcher memenangkan pemilu di Inggis pada tahun 1983, selama 3 periode Margaret Thatcher menjata sebagai Perdana Menteri Inggris dan membuatnya menjadi wanita terlama di kursi kekuasaan tersebut.

(Penulis : Oktavianto Prasongko)
 

Editor : Ali Masduki

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network