SAMPANG, iNewsSurabaya.id - Petani Kabupaten Sampang mulai ketar-ketir menjelang panen. Sawah-sawah yang ditanami padi mulai menguning, sayang di sawah tersebut seri g didatangi gerombolan burung dengan memakan padi.
Serangan burung pipit ini membuat masyarakat kewalahan. Mereka menjadi resah dan berharap bisa menyelesaikan serangan burung ini.
Salah satu warga yang merasa resah adalah Samsul, petani asal Desa Jeruk Porot, Kecamatan Torjun, Sampang. Ia mengaku harus berjaga setiap saat sawahnya diserang burung pipit, terlebih saat pagi dan sore hari. Ia bersama petani lain memutuskan untuk berjaga di sawah. Sebab, serangan burung ini dapat mengurangi hasil panen secara drastis, apalagi burung memakan padi setiap hari.
"Saat menjaga sawah, saya siapkan tongkat kayu dengan dilengkapi plastik pada ujungnya sebagai alat pengusir, sehingga saat gerombolan burung itu datang, saya berlari untuk mengusirnya," ungkap Samsul.
Upaya pencegahan lainnya seperti pemasangan orang-orangan sawah dan alat menimbulkan bunyi saat ditiup angin tidak berfungsi baik.
"Gerombolan burung yang datang tidak sedikit, jadi sekarang penjagaan sawah harus ekstra dilakukan," tandasnya.
Samsul menambahkan bahwa dirinya agaku kelimpungan dalam mengatasi serangan burung pipit.
"Mereka sulit diusir kalau hanya menggunakan alat tradisional, terkadang saking emosinya saya lempar dengan tanah berbatu untuk mengusirnya," katanya.
"Hasilnya gerombolan itu menjauh tapi tidak lama kemudian balik lagi untuk memakan padi," tambahnya.
Petani Sampang Was-Was menjelang Musim Panen karena Sawahnya Diserang Ribuan Burung Pipit, sementara Pemkab masih Bungkam. Foto iNewsSurabaya/adhon
Sementara, saat dikonfirmasi melalui Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan Pangan Dan Hoktikultura Disperta dan KP Sampang, Nuruddin masih belum memberikan respons saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya.
Sehingga upaya konfirmasi akan terus dilakukan tentang penanganan yang harus dilakukan petani ditengah serangan burung pipit.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait