Pengertian El Nino, Dampak dan Cara Mengatasinya

Ali
Sejumlah warga membawa jerigen kosong untuk mengantri air ketika terjadi kekeringan di Dusun Sumber, Desa Kunjorowesi, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur beberapa waktu lalu. Foto: iNewsSurabaya.id/Ali Masduki

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Pengamat Lingkungan Universitas Airlangga (UNAIR), Wahid Dianbudiyanto menjelaskan bahwa El Nino merupakan fenomena dimana air laut di samudera pasifik lebih panas dari pada suhu biasanya. El Nino merupakan bagian dari fenomena yang lebih besar yaitu El-Nino-Southern Oscillation (ENSO), dan bagian lainnya adalah La Nina.

“Jika El Nino merupakan peristiwa memanasnya suhu air di luar batas kewajaran di kawasan Samudera Pasifik, maka La Nina merupakan peristiwa pendinginan air di luar batas kewajaran di area tersebut,” terangnya.

Wahid menuturkan, penyebab terjadinya El Nino dan La Nina (ENSO) adalah karena terjadinya Southern Oscillation, yaitu perubahan tekanan udara pada laut tropis Samudera Pasifik. Saat air laut di sisi tropis samudera pasifik memanas, maka atmosfer di atasnya menurun tekanannya.

“Disaat inilah terjadi perubahan pola tiupan angin yang dapat menyebabkan perubahan pola iklim, yang cenderung menghasilkan iklim yang cukup ekstrim,” ujarnya. 

Menurut Dosen Teknik Lingkungan UNAIR ini, perubahan pola tersebutlah yang akhirnya meningkatkan potensi dampak El Nino dan La Nina di Indonesia. Permukaan air yang lebih hangat dapat meningkatkan kemungkinan hujan lebih tinggi. 

Hal itu dikarenakan perpindahan panas melalui media air dan udara meningkat sehingga peristiwa presipitasi atau turunnya air dari atmosfer ke bumi juga ikut meningkat.

“Hal ini berdampak pada meningkatnya intensitas hujan di  Amerika Selatan seperti Peru dan Ekuador. Dilain sisi, Indonesia dan Australia mendapatkankan kekeringan dari peristiwa tersebut,” tambahnya.

Ia pun memaparkan, bahwa El Nino merupakan fenomena yang cukup sering terjadi. Tercatat Peristiwa El Nino pada tahun 1982-1983 dan 1997-1998 merupakan yang paling intens pada abad ke-20. Bahkan peristiwa tahun 1997-1998 menyebabkan ketidakstabilan kondisi didunia. Termasuk  kekeringan di Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Berkaca dari pengalaman, menurutnya, mestinya pemerintah harus belajar untuk meminimalisir dampak yang akan timbul. Pemerintah dapat melaksanakan adaptasi dengan berkolaborasi dengan beragam pihak. 

Termasuk dengan melakukan edukasi dan kampanye. Selain itu, teknologi modifikasi hujan dapat dilakukan sehingga dapat membantu saat Indonesia dilanda kekeringan panjang.

“Misalkan pada tahun ini, El Nino akan datang ke Indonesia pada bulan Agustus. Maka bisa dikampanyekan untuk menyimpan sebanyak-banyaknya air pada reservoir-reservoir yang ada. Delapan tahun lalu, Indonesia kurang siap sehingga dampaknya cukup berat,” tutupnya.
 

Editor : Ali Masduki

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network