SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Tak banyak yang tahu cerita Kampung lawas Ketandan. Kampung yang berlokasi di kawasan pusat bisnis Kota Surabaya ini ternyata memiliki khasanah kekayaan heritage yang terawat dengan baik.
Kampung ini tepat berada di Jalan Tunjungan Kecamatan Genteng, lokasi yang benar-benar berada di tengah kota dengan pusat perputaran ekonomi Surabaya. Tak banyak orang membayangkan, ternyata di area ini terdapat makam tua yang diyakini masyarakat sebagai tempat persemayaman terakhir, tokoh "babat alas" Kampung Ketandan bernama Mbah Buyut Tondo.
Area pemakaman itu cukup luas dengan suasana yang sejuk. Terdapat pohon beringin yang diperkirakan umurnya lebih tua dari usia makam. Pintu masuknya menyerupai gapura di era zaman Majapahit. Sementara temboknya terbuat dari susunan batu bata merah.
Hingga saat ini, makam Mbah Buyut Tondo masih lepas dari perhatian wisatawan. Meski demikian, ada sejumlah orang yang menjadikan makan tersebut untuk tujuan ziarah religi. Terutama saat memperingati 1 Suro atau tahun baru Islam dalam kalender Hijriah.
"Dari cerita turun-temurun makam Mbah Buyut Tondo sudah ada sebelum kawasan ini jadi pemukiman. Dulu ini kawasan Bong (kuburan Cina)," ujar Mbah Man warga setempat, usai doa bersama memperingati 1 Suro.
Mbah Mar mengatakan, makam Mbah Buyut Tondo tidak mempunyai juru kunci. Orang yang biasa merawat ada sekitar 5 hingga 5 orang.
"Jadi yang merawat ya warga sini. Ada 4 sampai 5 orang termasuk saya yang rutin merawat. Tahun lalu di bantu Pak Anas untuk pemasangan lantai porselen agar terlihat lebih rapi," terangnya.
Anas Karno Anggota DPRD Surabaya mengetahui kabar ini, ia lantas mengapresiasi kepedulian warga Kampung Ketandan, untuk merawat makam Mbah Buyut Tondo.
"Makam ini warisan heritage, sebagai kearifan budaya lokal yang sudah sepatutnya kita rawat sebaik-baiknya," ujar Anas.
Mengintip Wisata Tersembunyi di Pusat Kota Surabaya, Kampung Ketandan yang Perlu Diperkenalkan pada Wisatawan. Foto iNewsSurabaya/ist
Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya tersebut menambahkan, Kampung Ketandan mempunyai potensi wisata heritage yang bisa dikembangkan. Apalagi lokasinya dikawasan Jl.Tunjungan, yang sekarang sudah menjadi ikon wisata Surabaya.
"Disini ada Masjid An Nur yang dibangun tahun 1915. Sebelumnya adalah langgar, yang kemudian diperluas menjadi masjid. Kemudian ada balai Cak Markeso yang menyerupai pendopo, sehingga mempercantik kampung Ketandan," terangnya.
Lebih lanjut kata Anas, potensi wisata itu perlu mendapatkan penataan serius dari pemerintah kota.
"Bagaimana menambah daya tarik aset-aset wisatanya, termasuk UMKM nya. Kemudian dibarengi dengan promosi secara luas lewat berbagai cara, diantaranya media sosial," pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait