Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Dahsyatnya perlawanan rakyat dan kaum santri pada pertempuran 10 November 1945 tidak lepas dari pengaruh Resolusi Jihad yang dipelopori oleh Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari yang juga pendiri Nahdlatul Ulama (NU) pada 22 Oktober 1945.
Resolusi Jihad menjadi pemantik semangat juang para santri untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari pasukan sekutu yang mencoba merongrong kembali kemerdekaan bangsa Indonesia.
KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa untuk mempertahankan kemerdekaan, yakni “Perang Kemerdekan yang merupakan Perang Suci Allah atau Jihad fi Sabilillah.” Fatwa tersebut selanjutnya diresapi oleh segenap ulama yang mengadakan pertemuan di Surabaya pada November 1945 untuk membulatkan tekad bahwa kemerdekaan Indonesia harus dipertahankan.
Bahwa Republik Indonesia adalah satu-satunya pemerintahan sah yang harus dilindungi meskipun dengan mengorbankan harta dan nyawa.
Dalam kaitan dengan peristiwa bersejarah tersebut, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya menyelenggarakan serangkaian kegiatan untuk menyambut Hari Santri Nasional 2023. Dimulai pada bulan Agustus hingga puncaknya pada Oktober 2023, rangkaian kegiatan itu meliputi roadshow orasi, kajian dan ngaji kebangsaan, aneka ragam perlombaan, penghimpunan dan telaah dokumen dan literatur sejarah perihal Resolusi Jihad, festival Hari Santri, hingga aksi kolosal teatrikal pada puncak Hari Santri 2023 di Tugu Pahlawan.
Tujuan utama dari rangkaian kegiatan Hari Santri 2023 oleh PCNU Surabaya adalah: (a) menggaungkan nilai-nilai Ahlus Sunna wal Jama’ah an-Nahdliyyah; (b) menguatkan peran ulama dan santri dalam menyongsong masa depan NKRI; (c) melengkapi fakta-fakta sejarah Resolusi Jihad Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari yang selama ini terkubur dan terkaburkan dalam catatan sejarah resmi nasional, termasuk buku-buku sejarah di semua level pendidikan dan buku kecil yang ditulis oleh Tim Ahli Cagar Budaya Kota Surabaya di bawah Pemerintah Kota Surabaya pada 2018 yang berjudul “Pasak Sejarah Indonesia Kekinian: Surabaya 10 Nopember 1945”.
Di dalam buku “Pasak Sejarah Indonesia” tersebut, khususnya bagian Tapak-tapak Hari Pahlawan, tidak ada satupun kata ulama disebutkan. Hanya ada satu kata “santri” di halaman 37, yang menjadi sub-kalimat propaganda Bung Tomo (Soetomo) dalam suatu siaran yang “mendapat dukungan kaum santri di Surabaya”.
Bahwa catatan sejarah resmi nasional perlu kiranya diperdalam, diluruskan dan dilengkapi secara menyeluruh, apalagi menyangkut peristiwa yang bisa membangkitkan rasa nasionalisme dan bela tanah air. Pendalaman dan pelengkapan catatan sejarah tersebut penting pula dengan melibatkan tokoh-tokoh agama (ulama), khususnya yang masih memiliki hubungan historis dengan peristiwa Pertempuran 10 Nopember 1945, berikut catatan dan dokumen-dokumen yang kuat dan kredibel.
Fakta Sejarah Santri. Foto iNewsSurabaya/dok
Hal ini bukan semata dimaksudkan untuk mendapatkan pengakuan bagi para ulama dan kaum santri di dalam panggung sejarah – karena ulama dan santri tentu dilandasi semata-mata Lillahi ta’ala dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI dengan tanpa pamrih pengakuan – melainkan bahwa fakta sejarah memang harus ditulis secara menyeluruh dan adil.
Alhasil, peristiwa Resolusi Jihad Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari adalah bagian dari sejarah bangsa Indonesia yang menjadi hak bagi generasi bangsa Indonesia untuk dipelajari dan ditanamkan di dalam hati, pikiran dan perbuatan.
Wallahulmuwwafiq illa aqwamiththorieq.
Wassalmu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Penulis :
Panglima Santri
KH. Umarsyah HS
Ketua PCNU Surabaya
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait