Dukung Industri Gula, Fireworks Kembali Gelar Pameran Sugarex di Surabaya

Lukman Hakim
Dukung Industri Gula, Fireworks Kembali Gelar Pameran Sugarex di Surabaya. Foto iNewsSurabaya/ist

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - PT Fireworks Indonesia kembali menyelenggarakan pameran Sugarex Indonesia 2023 pada 22 - 23 November di Dyandra Convention Centre (DCC), Surabaya. Event ini diikuti 80 peserta pameran dari mancanegara seperti Indonesia, Singapura, India, France, Germany, China dan Swedia.

Produk-produk yang akan dipamerkan meliputi, alat berat,suku cadang, alat pabrik, mesin dan aksesorisnya dan lain-lain. Jumlah pengunjung  diperkirakan mencapai 2.500 orang selama 2 hari. Acara dibuka pukul 10.00WIB Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, Adik Dwi Putranto.

Direktur Utama PT Fireworks Indonesia, Susan Tricia mengatakan, Indonesia merupakan salah satu produsen gula terbesar di dunia. Produksi gula di Indonesia didominasi oleh gula tebu. "Beberapa daerah di Indonesia yang terkenal sebagai pusat produksi gula meliputi Jawa, Sumatra, dan Sulawesi, " katanya, Rabu (22/11/2023).

Surabaya, kata dia, sebagai salah satu kota utama di Indonesia, memiliki peran yang signifikan dalam industri gula. Beberapa pabrik gula tebu terkemuka beroperasi di sekitar Surabaya, menyumbang pada produksi gula nasional. "Selain itu, Surabaya juga memiliki peran strategis dalam distribusi produk gula ke berbagai wilayah di Indonesia," ujarnya.

Dia menambahkan, perkiraan produksi gula di Indonesia dapat berubah dari tahun ke tahun. Pada 2021, Indonesia memproduksi sekitar 2,45 juta ton gula, dan angka ini dapat bervariasi tergantung pada faktorfaktor seperti cuaca, kebijakan pemerintah, dan kondisi ekonomi. "Peran kita dalam industri gula dapat mencakup pemilihan konsumsi gula yang bertanggung jawab, mendukung produk gula berkelanjutan, dan memahami dampak industri gula terhadap lingkungan," tandasnya.

Sementara itu, Ketua Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto mengatakan, di tahun 1930 , Indonesia waktu itu Hindia Belanda, pernah menjadi eksportir gula terbesar hanya bermodal 200.000 hektare dengan produksi 3 juta ton. Saat ini, lahan untuk perkebunan gula ada 500.000 hektare, tapi produksi hanya di kisaran 2 juta ton. 

"Kok bisa ya? Sementara pemerintah sudah sibuk mau ekstensifikasi, artinya mau nambah lahan. Kalau tadi saya sebutkan antara 200 jadi 500 hektare artinya bisa berlebih produksi gula dalam negeri tidak perlu impor. Karena kebutuhan gula konsumsi dalam negeri 3 juta sekian. Sementara pemerintah sibuk memperluas lahan 700.000 hektare," ujarnya.

Menurutnya, pemerintah harus fokus ke insentifikasi. Yakni, bagaimana meningkatkan produktivitas lahan yang seluas 500.000 hektare. Tentunya, hal ini memerlukan riset yang mendalam terkait intensifikasi. Mulai dari pengolahan lahan, pupuk dan lain sebagainya. "Perlu riset sungguh-sungguh tentang insentifikasi. Bagaimana kebijakannya setelah riset itu dilakukan," tandasnya. 

Editor : Arif Ardliyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network