PROBOLINGGO, iNews.id – Pabrik pengolahan kayu CV Graha Papan Lestari (Grapari) ditolak warga. Mereka tak ingin pabrik tersebut merusak dan mengganggu kesehatan warga sekitar.
Keinginan itu disampaikan Hartono warga setempat, Jumat (18/02/22) siang. Warga tak ingin lingkungannya kotor, dan sesak nafas, akibat serbuk kayu pabrik beterbangan. Untuk itu, Hartono dengan tegas tidak setuju pabrik yang dimaksud beroperasi lagi, apapun alasannya. Termasuk upaya pabrik yang akan meminimalisir serbuk kayu yang beterbangan.
“Kami tidak mau berkompromi lagi. warga trauma dengan kejadian sebelumnya,” tegasnya.
Menurutnya, bertahun dirinya bersama masyarakat berusaha menemui manejemen CV Grapari, guna memberitahukan dan membicarakan keluhan warga, termasuk ke pemerintah. Namun, sejak berdiri pada 2016 hingga 2021 tidak ditanggapi. “Baru akhir 2021 ditanggapi. Tapi toh tetap, serbuk masih beterbangan,” katanya.
Selama ini, CV Grapari tidak peduli dengan warga sekitar. Tak hanya periksa kesehatan gratis, bantuan berupa sembako tidak pernah ada. Bahkan, upaya untuk meminimalisir polusi, juga tidak ada. “Baru minggu kemarin bagi-bagi melalui ketua RT. Enggak tahu dari siapa beras itu, Katanya bantuan dari kontraktor yang garap pabrik,” jelasnya.
Karena itu, pria yang rumah tinggalnya di depan pabrik tersebut menolak pabrik tersebut beroperasi kembali. Ia bersama warga terdampak tidak mau berkompromi lagi. Mereka tetap pada pendiriannya, mendukung rekomendasi komisi III DPRD setempat yakni, tukar-guling. CV Grapari pindah lokasi. “Ini solusi terbaik. Kami setuju kalau tukar guling dengan lahan pemkot,” pungkas Hartono.
Terpisah General Manager CV Grapari Kartini Candra Kirana membantah bila dikatakan mengabaikan warga sekitar. Sebab, pihaknya antara 2020-2021, sudah berkomunikasi dengan tokoh masyarakat sekitar. Bahkan, seminggu sebelum pabriknya terbakar hebat, sudah melakukan pertemuan di dalam kantor perusahaannya. Tak hanya itu secara berkala, pihaknya telah melakukan uji lab ke Surabaya.
Hasilnya, polusi menurutnya masih di bawah ambang batas, sehingga tidak membahayakan. Jika masyarakat menuding pihaknya tidak melakukan apa-apa dengan polusi, Kartini dengan tegas menjawab, tidak benar. “Kami sudah melakukan upaya-upaya, termasuk uji lab,” tegasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait