SURABAYA, iNews.id - Letnan Jenderal atau Letjen Kopassus ini ternyata putra kandung dari Pahlawan Revolusi (Mayor Jenderal Anumerta DI Pandjaitan).
Mayor Jenderal Anumerta DI Pandjaitan yang dimaksud adalah Jenderal Donal Issac Pandjaitan, salah seorang dari 6 jenderal yang jadi korban penculikan dalam peristiwa berdarah pada tahun 1965.
Ketika diculik, pangkat DI Pandjaitan sudah Brigadir Jenderal. Ketika itu Jenderal Pandjaitan sedang memangku jabatan Asisten IV Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad). Dia termasuk salah satu pimpinan teras Angkatan Darat yang ketika itu sedang dipimpin oleh Jenderal Ahmad Yani.
DI Pandjaitan diculik dari rumahnya pada dini hari awal Oktober 1965. Dia diculik sejumlah tentara yang mengatasnamakan diri kelompok Gerakan 30 September.
Di waktu bersamaan kelompok tentara lainnya yang juga dari kelompok Gerakan 30 September bergerak ke rumah jenderal Angkatan Darat yang lainnya.
Ada 7 Jenderal yang disasar hendak diculik dan ketujuh jenderal yang mau diculik tersebut adalah Jenderal Abdul Haris Nasution, Letjen Ahmad Yani, Mayjen MT Haryono, Mayjen Soeprapto, Mayjen S Parman, Brigjen DI Pandjaitan dan Brigjen Sutoyo Siswomiharjo. 6 jenderal kemudian bisa dibawa paksa dan beberapa diantaranya ditembak mati di rumahnya serta sisanya dibawa paksa dalam keadaan hidup.
Sejarah pun mencatat 6 jenderal dan 1 perwira pertama setelah dibunuh mayatnya dimasukkan ke dalam sumur tua yang dinamakan lubang buaya. Kini lokasi ditemukannya mayat para jenderal menjadi komplek Monumen Pancasila Sakti.
Kembali ke cerita Letjen Kopassus ini yang ternyata adalah putra kandung Mayor Jenderal (Anumerta) DI Pandjaitan. Letjen Kopassus putra kandung Mayjen (Anumerta) DI Pandjaitan itu adalah Letjen Hotmangaradja Pandjaitan dan kini dia sudah purnawirawan.
Letjen Hotmangaradja lahir di Palembang, tanggal 14 Oktober 1953. Letjen Hotmangaradja merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1977.
Sejak lulus dari Akmil, Hotmangaradja mulai merintis kariernya di Korps Baret Merah atau Kopassus. Seperti diketahui Kopassus saat masih bernama RPKAD berperan penting dalam menumpas kelompok 30 September, kelompok yang menculik dan membunuh ayahnya.
Di Kopassus, Hotmangaradja pernah menjabat sebagai Komandan Peleton Kopassus, Pasi Intel Grup 1 Parako Kopassus dan Komandan Kompi Batalyon 12 Grup 1 Kopassus.
Ketika berpangkat Kapten, Hotmangaradja pernah diangkat menjadi Komandan Detasemen Batalyon 22 Grup 2 Kopassus.
Kariernya terusnya menanjak ketika berpangkat Mayor, Hotmangaradja sempat memegang jabatan beberapa posisi antara lain sebagai Kasi 1 Intel Sal Gultor 81 Kopassus dan Wadanyon Aksus Sat Gultor 81 Kopassus.
Hotmangaradja juga pernah bertugas di Bais TNI, badan intelijennya TNI. Di Bais dia memegang jabatan Pasi Ops Satgas Intel Bais TNI.
Setelah itu pangkatnya naik menjadi Letnan Kolonel (Letkol) dia ditarik kembali menjadi Kopassus. Di Korps Baret Merah saat berpangkat Letkol, Hotmangaradja sempat dipercaya untuk memegang posisi Danyon Aksus Sat Gultor 81 Kopassus dan Danyon 33 Grup 3 Sandhi Yudha. Kemudiam dia ditarik lagi ke Bais TNI untuk memegang jabatan Dansatgas Intel Bais TNI.
Setelah itu Hotmangaradja kembali ditugaskan ke Kopassus dan dipercaya menjadi Wadansat 81 Sat Gultor Kopassus. Kariernya terus menanjak dan pangkat Kolonel pun diraihnya.
Saat berpangkat Kolonel beberapa jabatan penting sempat dipercayakan kepadanya. Hotmangaradja sempat jadi Asintel Kopassus lalu ditugaskan ke Jerman untuk mengisi posisi sebagai Atase Militer di Republik Federal Jerman.
Seusai bertugas di Jerman dia kembali ditarik ke Kopassus untuk memegang jabatan Dan Grup 3 Sandi Yudha Kopassus. Dia menjadi Dan Grup 3 Sandi Yudha Kopassus (2000-2002), lalu diangkat jadi Danrem 163/Wirastya, Kodam IX/Udayana (2002-2004), kemudian dipercaya jadi Kadispenad (2004-20060 dan pangkatnya naik menjadi Brigadir Jenderal (Brigjen).
Hotmangaradja kemudian diangkat menjadi Waaspam Kasad pada tahun 2006. Masih pada saat 2006 dia mendapat penugasan baru sebagai Danpusterad.
Dengan memegang jabatan Danpusterad (2006-2007), pangkatnya pun naik menjadi Mayor Jenderal (Mayjen). Pada tahun 2007 dia kembali mendapat penugasan yang baru untuk memegang jabatan Aster Kasad (2007-2008).
Setelah itu dia dipromosikan menjadi Pangdam IX/Udayana (2008-2010). Seusai menjadi Pangdam Udayana dia ditugaskan ke Kemenko Polhukam. Di Kemenko Polhukam dia diangkat menjadi Sesmenko Polhukam (2010-2012).
Pangkatnya ketika itu sudah Letnan Jenderal (Letjen) dan setelah itu dia pensiun dari dinas militer. Setelah pensiun Hotmangaradja sempat dipercaya menjadi Duta Besar Indonesia untuk Prancis, Andora dan Monaco serta Unesco pada periode 2014-2019.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait