SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Universitas Negeri Surabaya (Unesa) berupaya meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling di lingkungan pendidikan. Salah satunya melalui program pengabdian kepada masyarakat (PKM) pelatihan mencegah dan mengatasi bullying di Sekolah Sangkhom Islam Wittaya, Thailand.
Ketua PKM Unesa Prof. Dr. Mochamad Nursalim, M.Si. mengatakan pelatihan tersebut tujuanya membantu para guru dan konselor dalam menangani berbagai masalah yang dihadapi siswa. Terlebih terkait dengan bullying, kesehatan mental dan konflik budaya.
“Tujuanya memang lebih pencegahan,” ujarnya.
Sebelumnya, kata Nursalim, selama tiga bulan pelatihan yang berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus 2024, para peserta mengikuti serangkaian sesi yang diadakan baik secara daring maupun luring. Pertemuan luring digelar langsung di Sangkhom Islam Wittaya pada tanggal 4-7 Agustus 2024.
“Dalam kunjungan langsung kami terdapat beberapa materi yang disampaikan oleh masing-masing tim,” ungkapnya.
Materi yang dibawakan yakni berjudul pelatihan reality therapy sebagai teknik konseling terhadap masalah relasional siswa pada konselor sekolah di Sangkhom Islam Wittaya School, Thailand. Hal itu untuk mengatasi berbagai masalah relasional yang sering dialami oleh mahasiswa.
“Seperti konflik antar teman, kesulitan dalam menjalin hubungan, serta tantangan komunikasi interpersonal yang dapat mempengaruhi prestasi akademik dan kesehatan mental mereka,” papar Nursalim. Materi tersebut dipimpin oleh Muhamad Afifuddin Ghozali, S.Pd., M.Couns., Gr.
Lalu materi selanjutnya menyampaikan pelatihan pencegahan bullying bagi guru di sekolah Sangkhom Islam Wittaya School, Thailand. Pada kesempatan ini, dipimpin oleh Dr. Titin Indah Pratiwi, M.Pd.
Kemudian dilanjutkan materi tentang pelatihan konseling rational emotive behavior dalam mengelola emosi bagi guru Sangkhom Islam Wittaya School, Tambon Sumnuktaew Sadao, Songkhla, Thailand.
“Pada materi tersebut dipimpin oleh Dr. Bakhrudin All Habsy, M.Pd.,” jelasnya.
Nursalim menjelaskan dari kegiatan tersebut menunjukkan respon yang positif dari para guru. Mereka mengakui bahwa pendekatan ini telah membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih harmonis dan kondusif.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat menjadi model bagi program-program serupa di masa depan, baik di Thailand maupun di negara-negara lain.
“Universitas Negeri Surabaya berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam pengembangan pendidikan yang lebih inklusif dan mendukung kesehatan mental siswa, serta menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai lembaga pendidikan di tingkat internasional,” tandasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait