SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Di tengah laju globalisasi, kolaborasi antara lembaga keuangan semakin diperkuat demi menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) berkomitmen untuk terus memperkuat sektor perbankan guna menghadapi tantangan ekonomi global.
Kantor Perwakilan LPS II menggandeng Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, OJK, Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Pajak, dan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Jawa Timur dalam acara "Temu Media" bertema “Sinergi Berkesinambungan untuk Menjaga Stabilitas dalam Menghadapi Tantangan Global Tahun 2025”. Acara ini mempertemukan para pakar dan pemangku kepentingan untuk mendiskusikan strategi kolaboratif dalam menjaga ekonomi tetap kuat.
Kepala Kantor Perwakilan LPS II, Bambang S. Hidayat, menjelaskan bahwa per September 2024, 99,94% rekening nasabah secara nasional telah terjamin oleh LPS, mencakup hampir 593 juta rekening Bank Umum dan 15,7 juta rekening BPR/BPRS. Di Jawa Timur sendiri, sekitar 70,9 juta rekening nasabah Bank Umum dan 2,6 juta rekening BPR/BPRS tercatat terlindungi penuh oleh LPS.
“Kepercayaan nasabah di Jatim tetap kuat. Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) untuk simpanan Rupiah di Bank Umum tetap dipertahankan pada 4,25%, sedangkan di BPR pada 6,75%. Kami ingin memastikan stabilitas sektor keuangan dengan kebijakan yang mempertimbangkan suku bunga pasar, likuiditas perbankan, dan risiko global,” jelas Bambang.
Bambang menegaskan, LPS telah menyusun beberapa kebijakan untuk memperkuat keuangan nasional, seperti monitoring cakupan penjaminan simpanan di atas 90%, serta evaluasi berkala terhadap TBP. Koordinasi lintas lembaga, percepatan penanganan Bank Dalam Resolusi (BDR), dan sosialisasi program penjaminan simpanan juga menjadi fokus utama LPS.
“Kami juga memperluas sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang program penjaminan simpanan dan asuransi, serta memperkuat literasi keuangan. Tahun depan, kami akan meluncurkan Program Penjaminan Polis (PPP) untuk memperluas cakupan perlindungan,” ungkap Bambang.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jatim, M. Noor Nugroho, menyampaikan optimismenya terhadap perekonomian Jawa Timur meski pertumbuhannya sedikit melambat. Pada Triwulan III 2024, ekonomi Jatim tumbuh sebesar 4,91% dibanding tahun lalu. Melambatnya net ekspor akibat kenaikan impor bahan baku, seperti besi dan baja, menjadi faktor utama di balik moderasi ini.
Di sisi lain, Nugroho menyebut bahwa upaya pengendalian inflasi melalui sinergi dengan TPIP dan TPID membuahkan hasil positif. Inflasi tahunan Jatim berada pada angka 1,66%, yang tetap terjaga di rentang sasaran.
“Kendali inflasi yang kuat berkat implementasi GNPIP diharapkan bisa terus menjaga kestabilan harga di Jatim,” kata Nugroho.
Dengan kolaborasi lintas lembaga yang intensif dan kebijakan proaktif dari LPS serta BI Jatim, stabilitas ekonomi Jawa Timur diharapkan tetap terjaga, siap menghadapi tantangan ekonomi global tahun 2025.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait