SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Perkembangan teknologi digital membawa dampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah maraknya judi online (Judol) yang kini bahkan telah merambah ke kalangan anak-anak di bawah umur.
Sebuah laporan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menunjukkan bahwa judi online telah menyasar anak-anak usia di bawah 10 tahun.
Fenomena ini tentu mengkhawatirkan. Mengapa anak-anak rentan terjerat judi online? Apa dampaknya bagi mereka? Dan bagaimana cara mengatasinya?
Dr. Nadia Sutanto, S.Psi., M.Psi., Psikolog, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya), memberikan penjelasan yang mendalam tentang faktor-faktor psikologis yang membuat anak-anak rentan terhadap judi online. Nadia menjelaskan bahwa salah satu faktornya adalah pemahaman anak-anak tentang kesulitan mencari uang.
"Anak-anak mungkin merasa terdorong untuk membuktikan kemampuan mereka dalam mendapatkan uang, dan judi online menjadi salah satu cara yang mereka pikirkan. Selain itu, motivasi untuk aktualisasi diri, seperti menunjukkan kekayaan di hadapan keluarga, juga dapat menjadi pendorong," jelas Nadia.
Faktor lain yang membuat anak-anak rentan adalah fase perkembangan mereka. Anak-anak di usia tersebut sedang berada dalam fase prinsip kesenangan.
"Prinsip kesenangan membuat anak-anak cenderung mengejar hal-hal yang menyenangkan. Judi online menawarkan janji keuntungan besar yang secara impulsif memicu harapan akan terwujudnya kesenangan mereka," tambah Nadia.
Menurut Psikolog Ubaya, anak-anak yang terpapar judi online seringkali menunjukkan gejala seperti tiba-tiba menyimpan atau merahasiakan gadget mereka, terutama di waktu-waktu tertentu.
"Judi berkaitan dengan teori kemungkinan. Anak-anak yang pernah merasakan menang akan mengingat rasa senang tersebut. Ketika kalah, mereka akan mencoba lagi dan lagi untuk menang," ungkap Nadia.
Untuk mencegah anak-anak terjerat judi online, Nadia menuturkan tentang pentingnya edukasi mengenai makna uang.
"Anak-anak belum memiliki kontrol diri yang baik, sehingga memerlukan pendampingan orang tua. Kita harus mendiskusikan bahwa uang adalah alat tukar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Menjelaskan keadaan orang tua yang sedang kesulitan ekonomi itu perlu, tetapi juga harus dijelaskan bahwa diperlukan usaha, kompetensi, dan keterampilan yang tepat untuk mendapatkan uang agar bisa memenuhi kebutuhan," terang Nadia.
Ia juga menegaskan pentingnya pengawasan orang tua dan keluarga serta lingkungan terdekat. Selain itu, diskusi terbuka sangat penting untuk perkembangan aspek pengetahuan dan perasaan anak, terutama tentang konsep uang dan penggunaan gadget.
"Kita harus khawatir, karena anak-anak yang kesulitan mengontrol diri dan memiliki dorongan kuat untuk mendapatkan keuntungan besar, berpotensi melakukan tindakan kriminal, seperti mencuri uang untuk terus digunakan dalam judi. Ajak anak untuk berdiskusi tentang konsep uang dan menggunakan gadget untuk fokus mengembangkan potensi diri dengan menikmati masa-masa belajar dan bermain sesuai umurnya," tutur Nadia.
Lantas bagaimana cara mengatasi anak terjerat judol?, Nadia menyarankan untuk segera mengatasinya, termasuk mencari pertolongan profesional.
"Jika dibiarkan, hal ini dapat membawa anak-anak ke arah adiksi. Jika sudah tergolong adiksi, penanganan dengan pendekatan holistik (biologis, psikologis, dan sosial) harus dilakukan secara berkelanjutan untuk mengantisipasi atau mengatasi dampak adiktif yang terjadi," tegas Nadia.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait