Kemampuan Bahasa Inggris Indonesia Rendah, Pemerintah Dorong Jadi Pelajaran Wajib Mulai SD Kelas 3

Lukman Hakim
Pengajar sedang melakukan pembelajaran dengan menggunakan bahasa Inggris di English 1 Jemursari, Surabaya. Foto iNewsSurabaya/lukman

SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Tingkat penguasaan bahasa Inggris masyarakat Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara. Berdasarkan laporan terbaru dari English Proficiency Index (EPI), Indonesia menempati peringkat kelima di Asia Tenggara dan berada di urutan ke-80 secara global, dengan skor EPI hanya 468.

EPI sendiri merupakan indeks internasional yang mengukur kemampuan berbahasa Inggris di 116 negara, melibatkan lebih dari dua juta responden dari berbagai belahan dunia. Indeks ini menjadi tolok ukur penting untuk mengetahui seberapa baik kemampuan bahasa Inggris di suatu negara.

Menurut Andika Ekaputri, Regional Director English1 Indonesia, salah satu penyebab rendahnya penguasaan bahasa Inggris di Tanah Air adalah masih terbatasnya infrastruktur pendidikan yang mendukung pengajaran bahasa asing tersebut.

“Kesadaran sudah ada, tapi dukungan sistem pembelajaran belum merata. Karena itu, pemerintah kini mulai mengambil langkah strategis,” ujar Andika saat ditemui di pembukaan pusat pembelajaran English1 di kawasan Jemursari, Surabaya, Jumat (11/7/2025).

Sebagai bentuk keseriusan, pemerintah akan mulai menerapkan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib di tingkat sekolah dasar. Saat ini, berdasarkan Permendikbud Ristek Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum PAUD, Pendidikan Dasar, dan Menengah, bahasa Inggris masih disesuaikan dengan kesiapan masing-masing sekolah.

Namun pada tahun ajaran 2027/2028, bahasa Inggris akan resmi menjadi mata pelajaran wajib mulai kelas 3 SD. Dalam masa transisi ini, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan pemerintah daerah akan bertanggung jawab terhadap pelatihan guru dan penyediaan fasilitas pendukung.

Andika menilai kebijakan ini sebagai langkah positif, meskipun agak terlambat dibanding negara tetangga yang sudah menerapkan pelajaran bahasa Inggris sejak dini.

“Terlepas dari itu, kami mendukung penuh program ini. Kami bahkan telah bekerjasama dengan Dinas Pendidikan di beberapa daerah untuk menghadirkan pengajaran yang lebih terstruktur,” jelasnya.

Maraknya konten pembelajaran bahasa Inggris secara daring, khususnya lewat media sosial dan platform seperti YouTube, menurut Andika, memberikan kontribusi namun tetap belum cukup. Ia menegaskan bahwa metode pembelajaran tatap muka masih sangat penting, terutama bagi anak-anak usia dini.

“Media online hanya berfungsi sebagai pelengkap. Pembelajaran langsung tetap dibutuhkan agar guru bisa menilai perkembangan kemampuan siswa secara menyeluruh,” ungkapnya.

Ia menambahkan, interaksi dua arah dalam pembelajaran langsung mampu menciptakan proses belajar yang lebih efektif dan adaptif, dibanding hanya menonton video tanpa adanya umpan balik.

Dengan peningkatan kesadaran, dukungan kebijakan pemerintah, dan keterlibatan pihak swasta seperti English1, diharapkan kualitas penguasaan bahasa Inggris di Indonesia akan mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa tahun ke depan.

“Ini bukan hanya soal kemampuan individu, tapi menyangkut daya saing bangsa di kancah global,” pungkas Andika.

 

Editor : Arif Ardliyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network