Kisah Ibu Melahirkan Sesar di RS, Pulang Ditandu Menggunakan Sarung, Tubuhnya Terasa Sakit Semua
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2022/11/07/604fd_tandu-sarung.jpg)
PANDEGLANG, iNews.id - Kisah menyentuh terjadi di Banten, Jawa Barat. Seorang ibu yang melahirkan di Rumah Sakit (RS) harus menderita, setelah melahirkan sesar, ia ditandu pulang menggunakan sarung.
Cerita ini berawal saat sang ibu melahirkan melalui operasi sesar, seorang ibu di Cikeusik, Pandeglang, Banten, terpaksa ditandu dengan kain sarung karena mobil pembawa pasien tidak bisa masuk ke desa mereka lantaran jalan yang tidak dapat dilintasi.
Warga pun terpaksa menandu sang ibu sejauh lebih dari 7 kilometer di tengah kegelapan malam. Beruntung kondisi ibu yang habis menjalani operasi sesar dan bayinya tersebut sehat dan selamat sampai di rumah mereka.
Adalah Sukminah (35), warga Desa Leuwibalang, Kecamatan Cikeusik, Pandeglang, Banten, yang terpaksa ditandu usai melahirkan anak perempuannya di Rumah Sakit Serang, Banten, Senin (7/11/2022) dini hari tadi.
"Nyeri, sakit, takut, ya begitulah. Ditandu tengah malam," kata Sukimah menceritakan apa yang dirasakannya selama ditandu pakai sarung.
Mobil yang membawa ibu hamil hanya sampai di perbatasan jalan aspal, karena mobil tidak bisa melintas.
Dengan menggunakan kain sarung, warga bergantian menandu ibu tersebut, agar sampai ke rumahnya. Kondisi jalan desa yang rusak berat sepanjang lebih dari 7 kilometer, membuat warga kesulitan beraktivitas. Kendaraan roda 4 sulit melintas termasuk mobil ambulans.
Beruntung kondisi Sukminah berhasil selamat dan anak kelima itu juga dalam kondisi sehat.
Warga mengaku pemerintah tidak adil dengan kondisi jalan desa mereka yang saat ini rusak parah. Sudah lama warga mendambakan perbaikan jalan namun kenyataannya sudah puluhan tahun warga tidak merasakannya.
Akibatnya, setiap ada warga yang sakit terpaksa harus ditandu menuju puskesmas terdekat. Warga meminta pemerinah pusat turun tangan melihat kondisi jalan di desa mereka karena ada banyak warga yang bermukim di tempat tersebut.
Editor : Arif Ardliyanto