get app
inews
Aa Read Next : Kandaskan Perlawanan Banten, Tim Futsal Jatim Tembus Final PON XXI Aceh-Sumut

Gaya Victoria Jadi Revolusi Fesyen yang Mampu Ubah Dunia, Ini Refleksi Sejarah dan Fenomena Sosial

Selasa, 11 Juni 2024 | 17:05 WIB
header img
Athaya M. Jumhur, mahasiswi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga dan Duta FIB UNAIR 2023. Foto iNewsSurabaya/ist

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Fesyen selalu menjadi cermin budaya dan perubahan zaman. Salah satu era paling berkesan dalam sejarah fesyen adalah era Victoria, yang berlangsung dari tahun 1837 hingga 1901 di bawah pemerintahan Ratu Victoria. Era ini tidak hanya dikenal karena keanggunan busananya tetapi juga karena transformasi sosial dan ekonomi yang mengikutinya.

Di balik gaun indah dan korset yang ketat, terdapat revolusi industri yang mengubah segalanya. Perubahan pesat dalam teknologi dan ekonomi membuka pintu bagi kaum pekerja untuk mengakses pakaian yang sebelumnya hanya dapat dinikmati oleh kaum aristokrat. Produksi massal dan mesin jahit memungkinkan terciptanya pakaian yang lebih terjangkau dan mudah didapatkan.

Penemuan pewarna sintetis oleh William Henry Perkin membawa revolusi warna dalam dunia fesyen. Sebelumnya, warna-warna cerah dan beragam hanya bisa dihasilkan dari bahan alami yang mahal. Namun, dengan pewarna sintetis, pakaian menjadi lebih hidup dan menarik. Ini memberikan kesempatan bagi semua lapisan masyarakat untuk mengenakan pakaian yang modis dan penuh warna.

Korset, sarung tangan, dan pakaian dari bahan-bahan eksklusif menjadi simbol era ini. Gaya busana ini tidak hanya mencerminkan status sosial tetapi juga menampilkan kemewahan dan keanggunan. Dengan produksi massal, gaya yang dulunya eksklusif ini kini dapat dinikmati oleh masyarakat umum, mengurangi kesenjangan visual antara kaum pekerja dan aristokrat.

"Selain era Victoria, artikel ini akan mengulas tren fesyen yang muncul dari tahun 1920, era setelah Perang Dunia Pertama, hingga tahun 2000, puncak dari globalisasi," kata Athaya M. Jumhur, mahasiswi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga dan Duta FIB UNAIR 2023.

Era Victoria adalah bukti bahwa fesyen bukan hanya tentang pakaian, tetapi juga tentang perubahan sosial, teknologi, dan ekonomi. Gaya dari era ini terus menginspirasi dunia fesyen hingga hari ini, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh era tersebut terhadap budaya dan gaya hidup kita. Bersiaplah untuk menjelajahi perjalanan menarik melalui dekade-dekade fesyen yang penuh inovasi dan perubahan, dari era setelah perang dunia hingga masa globalisasi.

Berikut Tren Fesyen dari masa ke masa yang mampu merubah dunia :

1. Tren Fesyen 1920-an: Flapper Era

Setelah perang dunia pertama tahun 1920-an melihat lahirnya Flapper Era, yang identik dengan pakaian glamor dan berani, potongan rambut pendek, serta riasan mencolok seperti lipstik merah dan mata gelap. Tren ini tidak hanya mencerminkan mode, tetapi juga simbol kebebasan dan perayaan bagi wanita yang mulai bekerja di industri selama perang dan memperoleh penghasilan sendiri. Film seperti The Great Gatsby (2013) memberikan gambaran jelas tentang tren fesyen era ini.

2. Tren Fesyen 1930-an: Keanggunan yang Sederhana

Di tahun 1930-an, tren fesyen bergeser menuju gaya yang lebih feminin dan kasual. Penurunan ekonomi global menyebabkan para wanita memilih pakaian yang tidak terlalu mencolok sebagai cara untuk menghadapi masa-masa sulit.

3. Tren Fesyen 1940-an: Gaya Maskulin di Masa Perang

Pecahnya perang dunia kedua pada tahun 1940-an mempengaruhi tren fesyen dengan gaya yang lebih maskulin. Wanita dipaksa untuk menggantikan peran pria di berbagai pekerjaan, dan ini tercermin dalam pakaian mereka. Keterbatasan sumber daya juga membuat fesyen menjadi lebih monoton, dengan blazer dan pakaian yang terinspirasi dari seragam militer menjadi populer.


Athaya M. Jumhur, mahasiswi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga dan Duta FIB UNAIR 2023. Foto iNewsSurabaya/ist

4. Tren Fesyen 1950-an: Kembali ke Feminitas

Setelah perang, tahun 1950-an menandai kembalinya gaya feminin dengan rok mengembang atau rok poodle sebagai salah satu item paling populer. Warna-warna cerah dan siluet yang dramatis menjadi ciri khas era ini, sebagai bentuk ‘balas dendam’ wanita setelah harus mengenakan pakaian monoton selama perang.

5. Tren Fesyen 1960-an: Inspirasi dari Figur Publik

Tahun 1960-an masih mempertahankan beberapa elemen dari era sebelumnya, tetapi mulai melihat inspirasi dari figur publik, terutama Jacqueline ‘Jackie’ Kennedy. Jackie dikenal karena kemampuannya menggabungkan gaya feminim dari tahun 1950-an dengan elemen yang lebih modern dan elegan, menciptakan tren yang diikuti oleh banyak wanita di seluruh dunia.

Setelah kematian suaminya yang menjadi sorotan global, baju yang dikenakan Jackie pada peristiwa naas itu juga ikut menjadi tren fesyen global. Miris memang. Blazer dan rok set berwarna pink yang dikenakan Jackie menjadi inspirasi bagi banyak wanita di seluruh dunia. Setelan tersebut, yang sekarang dikenal sebagai salah satu ikon mode paling terkenal, menggambarkan keberanian dan ketabahan Jackie dalam menghadapi tragedi besar.

6. Tren Fesyen 1970-an: Kebebasan Ekspresi

Memasuki tahun 1970-an, tren fesyen kembali berubah dengan cepat. Era ini dikenal dengan gaya yang lebih bebas dan ekspresif, mencerminkan perubahan sosial yang terjadi pada saat itu. Hippie adalah salah satu subkultur yang sangat berpengaruh, dengan pakaian yang longgar, celana bell-bottom, kain tie-dye, dan motif bunga. Fesyen era ini juga mencerminkan semangat kebebasan dan pemberontakan terhadap norma-norma tradisional.

7. Tren Fesyen 1980-an: Kemewahan dan Eksentrik

Tahun 1980-an membawa kembali kemewahan dan eksentrik dalam dunia fesyen. Era ini dikenal dengan penggunaan warna-warna cerah, pakaian yang berlapis-lapis, dan siluet yang tegas. Gaya power dressing menjadi populer di kalangan wanita karier, dengan bahu lebar dan jas besar yang menunjukkan kekuatan dan keberanian. Musik pop dan ikon budaya seperti Madonna dan Michael Jackson juga sangat mempengaruhi tren fesyen pada era ini.

8. Tren Fesyen 1990-an: Grunge dan Minimalisme

Tahun 1990-an melihat munculnya tren grunge, yang dipopulerkan oleh band-band seperti Nirvana. Gaya ini ditandai dengan pakaian yang tampak lusuh dan kasual seperti flanel, jeans robek, dan kaos longgar. Di sisi lain, minimalisme juga menjadi tren besar, dengan pakaian yang simpel dan palet warna netral. Desainer seperti Calvin Klein dan Jil Sander memimpin tren ini dengan koleksi yang elegan dan minimalis.

9. Tren Fesyen 2000-an: Y2K dan Pengaruh Teknologi

Pada awal 2000-an, tren Y2K mendominasi dengan gaya yang futuristik dan eksentrik. Pakaian dengan bahan-bahan metalik, aksesori berteknologi tinggi, dan siluet yang unik menjadi populer. Era ini juga melihat pengaruh besar dari budaya pop dan internet, dengan selebriti seperti Britney Spears dan Paris Hilton yang menjadi ikon mode.

Tren fesyen dari era Victoria hingga zaman modern bukan hanya tentang perubahan gaya berpakaian, tetapi juga mencerminkan transformasi besar dalam sejarah dan fenomena sosial. Setiap dekade membawa ciri khasnya sendiri, dipengaruhi oleh peristiwa global, perkembangan teknologi, dan perubahan sosial. Dari industrialisasi di era Victoria yang memungkinkan produksi massal pakaian, hingga emansipasi wanita di era Flapper, dan dampak perang dunia kedua yang mempengaruhi gaya maskulin, hingga kebebasan ekspresi di era 1970-an dan 1980-an.

Fesyen terus berevolusi, mencerminkan semangat zaman dan perubahan dalam struktur masyarakat. Melalui fesyen, kita dapat melihat cerminan dari perjalanan sejarah, dinamika sosial, dan perubahan budaya yang telah membentuk dunia kita hari ini.

 

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut