get app
inews
Aa Text
Read Next : KAI Daop 8 Surabaya Perluas Akses Kesehatan, Layani Masyarakat Umum dan Pegawai

Surabaya Gencar Cegah Gagal Ginjal Kronis pada Anak, Ini Tanda-tandanya

Rabu, 14 Agustus 2024 | 09:32 WIB
header img
Ilustrasi-Penanganan anak saat sakit di Rumah Sakit. Foto iNewsSurabaya/tangkap layar

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) semakin intensif mencegah kasus Gagal Ginjal Kronis (GGK) pada anak-anak. Upaya ini dilakukan dengan memberikan edukasi kepada para orang tua agar lebih waspada, serta melibatkan Kader Surabaya Hebat (KSH) untuk memantau keluarga yang berisiko.

Kepala Dinkes Kota Surabaya, Nanik Sukristina, menegaskan bahwa pihaknya terus melakukan penyelidikan epidemiologi setiap kali ada laporan kasus gagal ginjal dari masyarakat atau Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes).

“Kami meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit gagal ginjal pada anak melalui pengamatan dan deteksi dini dalam berbagai kegiatan, seperti Bindu PTM di masyarakat, sekolah, Poskestren, dan Bindu Jirona yang fokus pada Jiwa, Rokok, dan NAPZA,” ujar Nanik pada Selasa (13/8/2024).

Nanik juga menyampaikan bahwa pemantauan kesehatan di Kota Pahlawan kini semakin melibatkan Kader Surabaya Hebat. "Dengan dukungan dari KSH, pemantauan bisa menjangkau seluruh kalangan, termasuk mereka yang berisiko tinggi," jelasnya.

Lebih lanjut, Nanik mengingatkan masyarakat untuk selalu mengikuti anjuran dokter dalam mengkonsumsi obat, serta menghindari penggunaan obat penghilang nyeri secara berlebihan tanpa pengawasan medis. Ia juga menganjurkan agar segera melakukan rujukan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FLTL) atau Rumah Sakit jika muncul gejala-gejala tertentu.

“Gejala yang perlu diwaspadai antara lain demam, infeksi saluran pernapasan akut seperti batuk dan pilek, infeksi saluran cerna seperti diare dan muntah, berkurangnya produksi urine, atau perubahan warna urine menjadi pekat atau kecoklatan,” jelas Nanik.

Saat ini, kasus GGK pada anak di Surabaya hanya dialami oleh satu anak yang sudah menjalani perawatan hemodialisa. Namun, secara keseluruhan, kasus GGK di Surabaya masih lebih banyak terjadi pada usia dewasa.

“Data dari diagnosis ICD X di Faskes Kota Surabaya hingga Juni 2024 mencatat ada 308 kasus GGK, dengan hanya satu kasus pada kelompok usia di bawah 17 tahun,” ungkapnya.

Terkait penanganan GGK pada anak, Nanik menegaskan bahwa hal ini dilakukan sesuai dengan protokol medis yang ketat, termasuk rujukan ke rumah sakit besar seperti RSUD Dr. Soetomo, RSUD Dr. Moh. Soewandhie, dan RS Al-Irsyad.

Nanik menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya GGK, seperti riwayat penyakit ginjal dalam keluarga, kelainan ginjal bawaan, infeksi ginjal, sindrom nefrotik, atau dehidrasi berat. Anak-anak yang mengalami obesitas, hipertensi, atau diabetes melitus juga berisiko lebih tinggi, terutama jika pola hidup dan makan mereka tidak sehat.

“Anak-anak yang sering mengkonsumsi minuman manis kemasan, makanan cepat saji, serta makanan berkalori tinggi dalam jangka waktu panjang, berisiko lebih besar mengalami GGK,” pungkas Nanik.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut