get app
inews
Aa Read Next : Pencemaran Sungai di Situbondo Resahkan Warga, Pemkab Tak Berdaya

Warga Geruduk Pabrik Limbah Telur di Jombang, Bau Busuk Menyengat Buat Tak Nyaman

Sabtu, 21 September 2024 | 20:49 WIB
header img
Warga Geruduk Pabrik Limbah Telur di Jombang. Foto iNewsSurabaya/Zainul

JOMBANG, iNewsSurabaya.id - Suasana di Desa Temuwulan, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang mendadak ramai pada Sabtu (21/9/2024) sore. Puluhan warga Dusun Bangle, Desa Sukorejo, berbondong-bondong mendatangi pabrik pengolahan limbah telur di Dusun Temon untuk menyuarakan keluhan mereka terhadap bau menyengat yang sudah lama mengganggu aktivitas sehari-hari.

Sekitar pukul 15.30 WIB, warga tiba di lokasi pabrik yang memproduksi pakan ikan lele dari limbah telur. Kehadiran mereka segera menciptakan ketegangan antara penjaga pabrik dan massa yang berupaya masuk untuk melihat langsung proses pengolahan limbah. Ketegangan tersebut mereda setelah pemilik pabrik, Heri Purnomo, turun tangan dan menemui warga.

Handoyo, Ketua RW 1 Dusun Bangle, menjelaskan bahwa warga sudah berbulan-bulan menahan dampak buruk dari bau limbah pabrik. Menurutnya, meski beberapa kali telah melaporkan masalah tersebut kepada pihak pabrik, hingga saat ini tidak ada solusi konkret yang diberikan.

"Selama beberapa bulan ini, bau dari pabrik sangat menyengat dan mengganggu kenyamanan warga. Kami sudah beberapa kali menghubungi pihak pabrik, namun hanya janji-janji yang kami terima," ujar Handoyo. 

Selain bau, limbah cair yang mengalir ke saluran irigasi di sawah juga menimbulkan masalah baru. "Air limbah ini membuat kulit para petani gatal-gatal. Dulu, saluran air ini dialirkan langsung ke sawah, tapi karena protes warga, saluran itu ditutup. Namun, masalahnya belum juga selesai," jelasnya.

Saddam Arafat, salah satu perangkat Desa Sukorejo, mengungkapkan bahwa bukan hanya Dusun Bangle yang terdampak, tetapi juga beberapa dusun lain di desa mereka. 

"Dusun Tronyok, Pedes, dan Bangle sangat merasakan dampaknya. Bahkan, Dusun Cangkring di Desa Cangkringrandu yang lokasinya berdekatan juga kemungkinan besar ikut terdampak," imbuh Saddam.

Ia menambahkan bahwa warga sudah tidak tahan lagi dengan kondisi ini, sehingga akhirnya memutuskan untuk mendatangi pabrik secara langsung. "Kami sudah sering menerima aduan dari warga. Setelah beberapa kali mencoba berkomunikasi dengan pihak pabrik tanpa hasil, hari ini warga mengambil tindakan sendiri. Pemilik pabrik sudah berjanji secara lisan akan memperbaiki pengelolaan limbah, dan kami akan meminta perjanjian tertulis agar ada kepastian," ujarnya.

Heri Purnomo, pemilik pabrik, menyadari keluhan warga dan berjanji untuk segera melakukan perbaikan. Salah satu langkah yang akan diambil adalah menambah lubang resapan untuk meminimalisir bau.

"Saya akan segera menambah lubang resapan lagi. Saat ini sudah ada beberapa, tapi sepertinya masih kurang, jadi saya akan tambah lagi. Selain itu, kami juga akan memasang pagar agar bau tidak terlalu menyebar. Besok langsung kita mulai pengerjaannya," kata Heri.

Heri menjelaskan bahwa proses pengolahan limbah telur ini sudah berjalan selama tiga tahun. Menurutnya, bau yang dihasilkan berasal dari proses pemasakan limbah telur sebelum dijadikan pakan lele.

"Memang proses pemasakan limbah telur ini yang menimbulkan bau. Namun, bau tersebut masih dalam batas toleransi. Buktinya, selama tiga tahun ini belum ada masalah besar," klaim Heri.

Meski demikian, Heri kembali menegaskan komitmennya untuk segera menambah lubang resapan agar keluhan warga dapat teratasi. "Saat ini sudah ada dua lubang penampungan, dan akan segera kita tambah lagi," pungkasnya.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut