Dekan Fakultas Kedokteran Untag Surabaya, Sosok Jenius yang Tangani Bayi Kembar Siam di Indonesia

SURABAYA, iNEWSSURABAYA.ID – Fakultas Kedokteran (FK) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya baru-baru ini menggelar sesi berbagi ilmu melalui siaran langsung Instagram dengan tema "Operasi Ratusan Bayi Kembar Siam di Indonesia", pada Jumat, 14 Maret 2025. Acara ini menghadirkan Dr. Poerwadi, Sp.B, Sp.BA (K), Dekan FK Untag Surabaya, yang juga merupakan salah satu dokter spesialis bedah anak terbaik di Indonesia.
Sebagai dokter spesialis bedah anak dengan pengalaman puluhan tahun, Dr. Poerwadi berbagi pengalamannya dalam menangani bayi kembar siam, sebuah kondisi medis langka yang memerlukan keahlian khusus. Ia adalah anggota aktif Persatuan Dokter Spesialis Bedah Anak Indonesia (PERBANI) dan berpraktik di Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit Al-Irsyad Surabaya.
Dalam sesi diskusi yang menarik ini, Dr. Poerwadi mengungkapkan bagaimana panggilan hati mendorongnya untuk memilih profesi sebagai dokter bedah anak. "Menjadi dokter bedah anak bukan hanya sekadar profesi, tetapi juga panggilan hati. Anak-anak adalah amanah yang harus diselamatkan, dan saya merasa bertanggung jawab untuk memberikan yang terbaik bagi mereka," ujarnya.
Dr. Poerwadi juga menjelaskan bahwa bayi kembar siam bisa dideteksi sejak dalam kandungan, umumnya pada trimester kedua kehamilan melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). “Kembar siam dapat dideteksi pada usia kehamilan sekitar 18 hingga 24 minggu, di mana dokter bisa melihat apakah ada kelainan dalam pembagian tubuh atau organ bayi,” jelasnya.
Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah apakah bayi kembar siam selalu tidak bisa diselamatkan. "Keberhasilan penanganan kembar siam sangat bergantung pada kerja sama antara orang tua, tim medis, dan tentunya izin Tuhan Yang Maha Esa. Banyak bayi kembar siam yang berhasil bertahan hidup dan bahkan tumbuh dewasa, ada yang menikah dan memiliki anak. Namun, bagi yang tidak selamat, kami selalu berusaha maksimal hingga titik darah penghabisan," tuturnya.
Dr. Poerwadi tidak hanya menimba ilmu di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara, seperti Belanda, Jepang, dan China. Ia menyelesaikan pendidikan spesialis bedah anak di Universitas Pengukuhan Kolegium Ilmu Bedah Anak Indonesia, serta terus mengembangkan keahliannya untuk memberikan perawatan terbaik pada pasien-pasien muda.
Dalam sesi ini, Dr. Poerwadi juga berbagi kisah mengharukan dari salah satu kasus kembar siam yang pernah ditangani. "Saya pernah menangani kembar siam yang memiliki paru-paru dan hati masing-masing, namun salah satunya tidak memiliki jantung. Kasus lain di Batam menunjukkan bayi dengan paru-paru yang menyatu. Momen ini sangat mengharukan, karena ayah bayi mengenakan kaus bertuliskan ‘Selamat Menjalankan Operasi Kembar Siam’ sebagai bentuk dukungan moral kepada kami," kenangnya.
Menurut Dr. Poerwadi, kembar siam terjadi karena dua embrio yang seharusnya terpisah gagal berkembang menjadi individu terpisah. Penyebabnya bisa disebabkan oleh faktor genetik atau kelainan dalam pembelahan sel pada tahap awal perkembangan.
Meski begitu, Dr. Poerwadi menekankan pentingnya asupan nutrisi yang baik bagi ibu hamil, seperti mengonsumsi vitamin B6 dan protein, yang berperan penting dalam kesehatan ibu dan janin.
Sesi ini juga memberikan informasi tentang pendaftaran mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Untag Surabaya yang akan ditutup pada akhir Maret 2025. FK Untag menawarkan berbagai fasilitas unggulan, termasuk fasilitas kadaver dan digital anatomy, yang memungkinkan mahasiswa untuk mempelajari struktur tubuh manusia dengan teknologi canggih.
Dengan komitmen pada kualitas pendidikan, FK Untag bertujuan mencetak dokter yang tidak hanya unggul dalam ilmu, tetapi juga bersemangat mengabdi pada bangsa.
Dr. Poerwadi merupakan contoh teladan seorang dokter yang tidak hanya memiliki keahlian luar biasa, tetapi juga dedikasi tinggi terhadap pasien, khususnya bayi kembar siam. Melalui sesi ini, ia tidak hanya berbagi pengetahuan medis yang berharga, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk terus berusaha dalam memberikan yang terbaik dalam profesi medis.
Editor : Arif Ardliyanto