Heboh Mural One Piece di Mojokerto: Kreativitas Warga Ditegur Polisi Jelang HUT ke-80 RI
MOJOKERTO, iNewsSurabaya.id – Semangat warga menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia di Mojokerto justru diwarnai polemik. Sebuah mural bergambar karakter anime One Piece yang dibuat pemuda setempat sebagai bentuk ekspresi kebebasan berkreasi, diminta untuk dihapus oleh aparat kepolisian.
Di Dusun Ngaglik, Desa Sidorejo, Kecamatan Jetis, suasana jelang 17 Agustus terasa begitu meriah. Warga RT 04 RW 03 secara gotong royong memasang bendera Merah Putih sepanjang 600 meter, mengelilingi kampung dengan tiang penyangga setinggi empat meter. Lampu hias, gapura tematik, hingga patung Garuda Pancasila menyambut siapa pun yang masuk ke kawasan tersebut.
Ketua RT, Yudi Kris, mengatakan persiapan ini telah dimulai sejak April 2025. Bahkan, warga rela urunan hingga puluhan juta rupiah demi menciptakan suasana kemerdekaan yang berbeda dari kampung lain.
"Alhamdulillah, kita bisa tampil beda. Semangat gotong royong ini jadi kekuatan utama kami,” ujar Yudi, Rabu (13/8/2025).
Namun di balik semaraknya perayaan, semangat berekspresi di tempat lain justru menemui kendala.
Berbeda dengan suasana di Ngaglik, Dusun Kauman, Desa Bangsal, Kecamatan Bangsal justru menjadi sorotan setelah munculnya mural bergambar bendera bajak laut One Piece yang dilukis di tepi sungai. Mural berdiameter sekitar 1,5 meter itu dibuat oleh sekelompok pemuda pada malam hari, Senin (11/8/2025), di atas jalan paving dekat Dapur Makan Bergizi Gratis (MBG).
Ketua RT 5 RW 1, Moch Sofan, mengatakan bahwa mural tersebut murni inisiatif para pemuda yang ingin mempercantik lingkungan, tanpa motif politik maupun provokasi.
“Hanya untuk hiasan saja, tidak ada maksud apa-apa,” ujarnya, Selasa (12/8/2025).
Namun tak lama setelah mural tersebut viral di media sosial, aparat kepolisian datang ke lokasi dan meminta agar mural tersebut dihapus demi menjaga ketertiban lingkungan.
“Saya sampaikan agar diganti gambar lain, supaya tidak menimbulkan polemik,” tambah Sofan.
Fenomena mural One Piece ini membuka ruang diskusi publik: sampai sejauh mana masyarakat boleh berekspresi dalam merayakan kemerdekaan? Di satu sisi, warga menunjukkan antusiasme luar biasa, namun di sisi lain, batasan kebebasan berekspresi masih menjadi perdebatan.
Sementara bendera sepanjang 600 meter di Ngaglik menjadi simbol gotong royong, mural di Kauman bisa dimaknai sebagai bentuk kritik sosial ala generasi muda yang kini gemar menuangkannya lewat budaya pop, termasuk anime Jepang.
Peristiwa ini menjadi potret nyata dinamika perayaan kemerdekaan: antara tradisi dan modernitas, antara aturan dan kreativitas.
Editor : Arif Ardliyanto