Bangunan Modern Tak Cukup, Perlu Kesadaran Keselamatan Penghuni Gedung, Ini yang harus Dilakukan!
SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Keselamatan kerja di gedung bertingkat bukan hanya soal teknologi atau sistem proteksi, tetapi juga kesadaran setiap penghuninya. Pesan ini menjadi sorotan utama dalam Safety Forum bertema “Kesiapsiagaan di Gedung Bertingkat: Menumbuhkan Budaya Keselamatan yang Berkelanjutan” yang digelar oleh PT Pelindo Properti Indonesia (PPI) di Pelindo Place Office Tower, Surabaya.
Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan tenant, tim K3, dan pengelola gedung. Hadir sebagai narasumber utama, Edi Priyanto, praktisi keselamatan kerja sekaligus Wakil Ketua Dewan K3 Provinsi Jawa Timur (DK3P), Wakil Ketua A2K3 Jatim, serta Dewan Pembina MPKKI Jawa Timur.
Dalam pemaparannya, Edi menekankan bahwa sistem keamanan secanggih apa pun tak akan berarti tanpa perilaku sadar dan peduli dari para penghuni gedung.
“Bangunan bisa megah, sistem bisa modern, tapi tanpa kesadaran manusia, semuanya percuma. Keselamatan sejati itu soal kepedulian, bukan sekadar alat,” ujar Edi.
Edi menyinggung tragedi Grenfell Tower di London pada 2017 sebagai pelajaran penting. Kebakaran besar itu bermula dari api kecil di dapur namun berubah menjadi bencana karena kelalaian penghuni dan lemahnya sistem keselamatan.
“Dari sana kita belajar, keselamatan tidak bisa didelegasikan. Ia harus dijalankan bersama,” tambahnya.
Direktur Utama PT Pelindo Properti Indonesia, Pitria Kartikasari, menjelaskan bahwa forum ini merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan PPI untuk menumbuhkan budaya keselamatan di seluruh lini operasional.
“Kami ingin Pelindo Place tidak hanya dikenal karena desain dan fasilitasnya yang modern, tetapi juga karena budayanya yang tangguh dalam menjaga keselamatan,” ungkap Pitria.
Ia menambahkan, PPI secara rutin menggelar pelatihan tanggap darurat, simulasi evakuasi, serta edukasi penghuni gedung agar semua pihak memahami langkah yang tepat ketika terjadi kondisi darurat.
“Gedung yang aman bukan karena alatnya lengkap, tapi karena penghuninya sadar dan siap. Kesiapsiagaan itu tumbuh dari kebersamaan, bukan kewajiban administratif,” jelasnya.
Menurut Edi, latihan keselamatan seperti fire drill dan simulasi evakuasi harus dilakukan secara rutin agar menjadi kebiasaan.
“Dalam situasi darurat, manusia tidak berpikir panjang. Ia hanya bertindak sesuai kebiasaannya. Karena itu, latihan harus dilakukan terus-menerus agar menjadi refleks alami,” ujarnya.
Ia juga mengimbau agar penghuni gedung membiasakan diri dengan hal-hal sederhana, seperti memeriksa jalur evakuasi, tidak menutup akses darurat, dan menegur rekan kerja yang lalai terhadap prosedur keselamatan.
“Keselamatan bukan proyek jangka pendek, melainkan proses panjang yang dimulai dari hati,” tegasnya.
Melalui kegiatan ini, PPI ingin menjadikan Pelindo Place sebagai gedung perkantoran modern yang mengedepankan keselamatan, kenyamanan, dan budaya sadar risiko bagi seluruh penghuninya.
Pitria berharap budaya keselamatan yang tumbuh di Pelindo Place dapat menjadi inspirasi bagi pengelola gedung lain di Surabaya dan kota besar lainnya.
“Tujuan kami sederhana — setiap orang yang bekerja di Pelindo Place bisa pulang dengan selamat setiap hari. Itu hal kecil, tapi maknanya besar,” pungkasnya.
Kini, Pelindo Place tidak hanya menjadi ikon kawasan pelabuhan Surabaya, tetapi juga simbol kepedulian terhadap keselamatan manusia di tengah kemajuan pembangunan kota.
Editor : Arif Ardliyanto