Tekan Emisi Karbon, Ribuan Mangrove di Tanam di Surabaya, Warga Pesisir Terharu!
SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Upaya menekan emisi karbon untuk menuju Net Zero Emissions terus mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sabtu (22/11/2025), kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo kembali menjadi saksi gerakan penanaman 5.000 bibit mangrove yang melibatkan komunitas lingkungan, relawan muda, hingga pekerja sektor industri.
Bagi warga pesisir Wonorejo, kegiatan ini bukan sekadar menambah ruang hijau. Banyak dari mereka menggantungkan harapan agar ekosistem mangrove yang pulih mampu melindungi permukiman dari abrasi dan membawa kembali populasi ikan yang dulu melimpah.
Mangrove dikenal sebagai salah satu vegetasi paling efektif dalam menyerap karbon. Peneliti lingkungan menyebutkan bahwa mangrove mampu mengurung karbon hingga sepuluh kali lebih cepat dibandingkan hutan tropis. Selain itu, karakter tanah berlumpurnya membuat karbon tersimpan dalam jangka panjang.

Setiap satu pohon mangrove dapat menyerap sekitar 8 KgCO₂eq per tahun. Dengan penanaman 5.000 bibit, potensi serapan mencapai 40 ton CO₂eq setiap tahun—angka yang cukup signifikan untuk membantu memperbaiki kualitas udara di kawasan perkotaan seperti Surabaya.
Di tengah terik matahari, para peserta terlihat antusias menanam bibit satu per satu. Raymond, salah satu peserta kegiatan, mengaku tergerak ikut serta karena tumbuh besar di kawasan pesisir.
“Lingkungan pesisir adalah rumah saya. Melihat mangrove kembali tumbuh seperti menanam masa depan untuk anak-anak kami,” ujar Raymond selaku Owner Vapeboss.
Tak sedikit pula relawan mahasiswa yang hadir karena sadar bahwa perubahan iklim bukan lagi isu global semata, tetapi sudah dirasakan langsung lewat kenaikan suhu, banjir rob, hingga hilangnya beberapa titik pesisir.
Selain membantu menyerap karbon, keberadaan mangrove memberikan dampak nyata bagi kehidupan masyarakat. Di Wonorejo, mangrove berfungsi sebagai benteng alami untuk mengurangi abrasi serta menjadi habitat ikan, kepiting, dan burung air.
Kebangkitan ekosistem ini juga membuka peluang ekonomi baru, seperti wisata edukasi, fotografi alam, hingga produk olahan hasil pesisir.
“Kami berharap kawasan ini kembali hidup seperti dulu. Kalau mangrove tumbuh bagus, ikan dan kepiting juga kembali banyak,” kata Abdul, nelayan setempat.
Kegiatan penanaman ini menjadi bagian dari program berkelanjutan yang mengajak berbagai pihak untuk aktif dalam restorasi ekosistem biru—mulai dari mangrove, terumbu karang, hingga kawasan pesisir lainnya.
Para relawan berharap momentum ini tidak berhenti sebagai acara tahunan, melainkan menjadi gerakan jangka panjang yang melibatkan lebih banyak komunitas dan generasi muda.
“Menanam pohon hari ini adalah investasi untuk puluhan tahun ke depan. Kami ingin kegiatan seperti ini terus dilanjutkan,” tambahmya.
Gerakan penghijauan seperti di Wonorejo menjadi bukti bahwa aksi kecil, jika dilakukan bersama-sama, dapat memberi dampak besar bagi bumi. Di tengah perubahan iklim yang semakin nyata, langkah konkret seperti penanaman mangrove menjadi bentuk tanggung jawab bersama.
Warga berharap Surabaya terus memperluas ruang hijau sekaligus mempertahankan ekosistem pesisir sebagai benteng alam yang penting. Upaya menjaga keberlanjutan lingkungan diharapkan tidak hanya menjadi momentum sesaat, tetapi menjadi gaya hidup baru masyarakat perkotaan.
Editor : Arif Ardliyanto