SURABAYA, iNews.id - Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Ir. Sakti Wahyu Trenggono, menyebut bahwa budidaya udang harus dilakukan secara modern.
Hal itu ia kemukakan saat membuka Musyawarah Nasional Shrimp Club Indonesia (MUNAS SCI) di Grand City Convex, Surabaya, Selasa (23/8/2022).
Menurutnya, jika budidaya udang modern bisa dilakukan maka produktifitasnya akan mencapai maksimum.
Saat ini, kata dia, dengan model budidaya yang semi konvensional, hasil udang di Indonesia masih jauh dari angka produktivitas yang baru tercapai rata-rata 0,6 ton per hektar.
"Padahal rata-rata produksi per hektar adalah 40 ton, sekarang di Indonesia rata-rata 0,6 ton per hektar. Jadi 1 ton saja gak ada," ujarnya.
Kondisi itu, lanjut Sakti Wahyu Trenggono, menjadi tantangan bagi Shrimp Club Indonesia agar Indonesia bisa menjadi produsen udang terbaik atau terbesar di dunia dimasa yang akan datang.
"Tentu banyak langkah dan strategi yang harus kita lakukan. Dan dukungan pemerintah juga harus hadir bersama-sama dengan para pembudidaya," katanya.
Trenggono menuturkan, pengusaha mustinya tidak hanya bekerja sebagai pembudidaya. Tetapi juga sebagai integrated mulai dari bagaimana soal pakan bisa dikuasai dengan baik, kemudian bibit juga dikuasai dengan baik.
"Bibitnya yang benar, pakan yang baik, kemudian pengelolaan yang baik, kita bisa menjamin kualitas dari udang Indonesia kedepan," tuturnya.
Trenggono menyampaikan, bahwa saat ini pemerintah menargetkan produksi udang nasional sebesar 2 juta ton pada tahun 2024.
Beberapa strategi yang telah dilakukan ialah dengan mengevaluasi tambak udang yang telah ada, merevitalisasi tambak udang tradisional menjadi semi intensif atau intensif dan membangun tambak udang modeling skala industri.
Ia juga mengungkapkan bahwa strategi yang dilakukan tentunya akan lebih mudah dicapai dengan melibatkan multipihak.
“Saya berharap, Munas SCI dapat menghadirkan inovasi yang dapat mendukung peningkatan produksi udang nasional dengan tetap mengutamakan kelestarian lingkungan. Mari bersama kita dorong kemajuan budidaya udang di Indonesia, sehingga mampu menjadi negara penghasil udang terbesar dunia," paparnya.
Ketua Shrimp Club Indonesia, Iwan Sutanto mengakui gagasan yang dilontarkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Ir. Sakti Wahyu Trenggono sangat bagus. Hanya saja, pembudidaya udang masih banyak mengalami kendala.
Selain menghadapi masalah benih dan pakan yang mayoritas impor, pembudidaya udang mendapat kendala saat akan berinvestasi. Yaitu kebutuahn akan kawasan dan iklim yang kondusif untuk tambak udang.
"Kita sering dibikin ribut dengan pariwisata. Semua mau pariwisata karena pinggir laut. Jadi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) mau dirubah semua jadi industri atau pariwisata. Karena nilai tambak kan kecil nilainya, kalau pariwisata kan mahal, kira-kira begitu," tegasnya.
Iwan berharap, melalui Musyawarah Nasional Shrimp Club Indonesia (MUNAS SCI) ini, persoalan dilapangan yang menyangkut lokasi dan teknologi serta sistem bisa terpecahkan.
"Teknologi memang selama ini menjadi konsen kita. Hari ini kita berkumpul salah satunya membahas soal sistem, jangan ada saingan diantara kita," tandasnya.
Munas SCI 2022 ini akan berlangsung mulai 23-25 Agustus 2022. Selain memilih pengurus SCI untuk periode 2022-2027, Munas juga diwarnai dengan beragam rangkaian acara menarik lainya seperti seminar nasional, Shrimp Farmers Day, hingga pameran dari pelaku industri budidaya udang se-Indonesia.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait