Sinopsis Film Hari yang Gelap Perlawanan Arek-Arek Suroboyo Terhadap Pelecehan Seksual

Ali Masduki
Para sineas film pendek "Hari yang Gelap" saat gala premier di Surabaya. Foto: iNewsSurabaya.id/Ahmad Mukti

SURABAYA, iNews.id - Sebagai anak tunggal yang lahir di keluarga kelas menengah, orang tua Juli berupaya keras untuk bisa memanjakan dan memenuhi semua kebutuhan material Juli, meskipun hal tersebut mengakibatkan renggangnya komunikasi di keluarga mereka. 

Hingga pada suatu hari, keluarga itu dihadapkan pada situasi dimana tuntutan pekerjaan orang tua Juli memaksa mereka untuk mulai melibatkan orang luar demi bisa mengurus Juli. 

Malapetaka pun terjadi. Hari itu, keluarga Juli harus menghadapi kejadian buruk yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Itulah sinopsis film pendek "Hari yang Gelap" garapan sutradara Presario Qalam. Karya yang diinisiasi oleh Kreasitama Foundation yang secara kreatif dibidani sepenuhnya oleh siswa Kelas XI tersebut, diangkat dari ide yang dikembangkan dari problema aktual masyarakat hari ini.

 

Presario Qalam menuturkan, bahwa kasus pelecehan dan kekerasan seksual seolah tidak ada hentinya terus terjadi di masyarakat akhir-akhir ini. 

"Mirisnya, sebagian besar korban masih berstatus dibawah umur atau usia pelajar," ujarnya.

Presario melajutkan, meskipun narasi perlawanan terhadapan tindakan kriminal ini sudah gencar di kalangan pemerhati, pegiat, aktivis ataupun masyarakat dewasa, ternyata belum cukup.

"Sebab, telah terbukti anak usia pelajar sebagai kelompok rentan, juga perlu diberi ruang bersuara. Hal ini bertujuan mensinergikan komunikasi sosial agar dapat mempersempit ruang gerak pelaku tindak kejahatan tersebut," tegasnya.

Untuk itu, Yayasan Kreasitama Foundation bersama sekelompok pelajar dari jurusan film SMKN 12 Surabaya membangun proses produksi yang melahirkan karya film pendek Hari yang Gelap. 

Film yang secara otentik disuarakan oleh representasi anak usia pelajar ini, mengirimkan narasi lugas untuk menciptakan ruang aman melalui ruang komunikasi interpersonal di semua institusi masyarakat, baik keluarga maupun sekolah.

 

Ketua Umum Yayasan Kreasitama Sinema Kita, Ryo Maestro menjelaskan, muatan pesan yang diusung oleh film pendek ini menjadi pendorong utama bagi Yayasan Kreasitama Sinema Kita, untuk membangun relasi dengan berbagai stage holder. 

"Hal itu dalam rangka mengirimkan karya tersebut hingga sampai ke segmen penontonnya," kata dia.

Kata Ryo, narasi yang termuat di film tersebut kemudian dikemas kedalam kolaborasi Layar Arek Suroboyo (KOLAS). 

Kolaborasi ini untuk mencoba merakit lintas stage holder baik usaha lokal, UMKM, Media, Komunitas maupun pemerintah kota dalam sebuah kemasan event "Narasi Perempuan Dalam Karya Film Lokal". 

"Kegiatan ini dirancang untuk bisa mensirukulasikan narasi yang terkandung dalam karya film tersebut agar dapat terkirim dan ditangkap oleh publik," tuturnya.

Kordinator KOLAS, Riffi Alawi berharap, sinergi antara Kreasitama foundation yang merupakan representasi entitas pelaku seni film lokal dan KOLAS yang merupakan ruang apresiasi, sekaligus sirkulasi bagi karya film lokal, bisa menjadi medium baru yang dapat menyalurkan karya-karya film lokal sebagai literasi dan narasi ke ruang publik. 

"Kami berharap skema kegiatan kolaboratif ini kedepan dapat terus bergulir secara konsisten di Surabaya," tandasnya.
 

Editor : Ali Masduki

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network