SURABAYA, iNews.id – Perjalanan hidup orang berbeda-beda. Untuk menuju tangga sukses, seseorang harus jatuh bangun mulai dari nol hingga harus berani mengambil keputusan untuk melanjukan jenjang pendidikan lebih baik.
Kisah menyedihkan ini dialami Monica Wara Santi, Alumni siswi SMKN XII Surabaya. Sebagai seorang penari remo, memiliki perjalanan yang sangat menarik dan menyedihkan. Perjalanan hidup sebenarnya terjadi setelah Monica lulus sekolah. Layaknya siswa lain, ia pun ingin melanjutkan jenjang pendidikan lebih tinggi. Akhirnya, ia melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya, dengan jurusan seni tari.
Perjalanan kuliah-pun tak berlangsung lama, semester tiga menjadi titik pahit keputusan yang harus diambil. Kuliah yang membuatnya senang harus putus terbentur faktor ekonomi. Galau, sedih, marah, dan menyesal bercampur dihati Monica. Namun apa daya, garis sang pencipta harus dilalui, cobaan maha besar ini harus dilalui.
“Saya memutuskan untuk merantau di darah tetangga, di Madura. Saya snagat patah semangat, dan waktu itu benar-benar tidak punya semangat,” aku Monica.
Waktu itu, ujarnya, keinginan untuk kuliah sirna, akhirnya ia memutuskan untuk fokus pada pekerjaannya. Putri dari Wilhemus Wora dan Sumarni ini bekerja menjualkan kosmetik, namun pendapatan penjualan tidak mendukung untuk menyambung hidup. Apalagi, kondisi Covid-19 sangat berperan atas penurunan penghasilan.
Akhirnya, perempuan yang tinggal di Siwalankerto ini bekerja sebagai Barista di Kabupaten Sampang, Madura. Satu tahun lamanya ia harus berjuang menyambung hidup, karena ketekunan dan keuletannya, pekerjaan sebagai Barista dijalani dengan santai. Bahkan, ia mengaku memiliki sedikit tabungan untuk bekal simpanan.
Sejumlah uang tabungan yang tak banyak ini membuat gelora Monica untuk melanjutkan kuliah muncul kembali. Akhirnya, ia memutuskan untuk kuliah ke Malang dengan mendaftarkan ke UniVersitas Negeri Malang. Hasil coba-coba ini berhasil, Putri Pensiunan Dishub ini diterima kuliah di Malang. Namun lagi-lagi, persoalan biaya menghantui pikiran gadis ini.
“Saya bercerita dengan Bunda Nonik untuk melanjutkan kuliah. Namun saya terbentuk biaya,” ucap dia.
Mendengar cerita itu, aku Monica, Bunda Nonik langsung menjawab, “Sek, tunggu dulu nduk (sebentar tunggu dulu nak),” kata bunda Nonik yang ditirukan Monica.
Bunda Nonik, lanjut Monica langsung mengarahkan untuk bertemu dengan Aliyudin, Staf Ahli Anggota DPR RI Puti Guntur Soekarno. Pertemuan ini berjalan dengan singkat, akhirnya dirinya diputuskan untuk mendapatkan beasiswa dan melanjutkan kuliah di Univesitas Wijaya Kusuma (UWK) Surabaya. “Di kampus ini (UWK) saya dekat dengan rumah, dan bisa mendalami tari yang menjadi hobi,” jelasnya.
Beasiswa inilah yang mengubah mimpinya menjadi kenyataan, secara tidak langsung, ia mengaku telah ditolong Anggota Komisi X DPR RI Puti Guntur Soekarno untuk mendapatkan beasiswa KIP Kuliah. “Saya benar-benar berterimakasih kepada Bu Puti (Puti Guntur Soekarno). Karena Beliau saya bisa kuliah, makasih Bu Puti,” ucapnya berkali-kali sambil matanya berbinar-binar.
Monica Wara Santi, Alumni siswi SMKN XII Surabaya seorang penari remo memiliki perjalanan yang sangat menarik dan menyedihkan, pernah gagal kuliah. Foto iNewsSurabaya/arif
Anggota Komisi X DPR RI, Puti Guntur Soekarno mengaku bangga bisa berperan menjadi jembatan siswa yang putus kuliah dan melanjutkan kembali. “Saya sebagai anggota Komisi X DPR RI Dapil Surabaya dan Sidoarjo akan sebisa mungkin membantu masyarakat yang membutuhkan. Kebetulan saya mitra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jadi adik-adik akan saya dorong untuk melanjutkan kuliah dengan program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah,” ujarnya.
Puti mengaku akan mencari mahasiswa yang benar-benar membutuhkan seperti halnya Monica yang kuliah di Univesitas Wijaya Putra (UWP) Surabaya. “Sebagai anggota legislatif, saya akan menyalurkan bantuan dengan tepat sasaran,” jelasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait