Begini Cara Sekolah Cikal Surabaya Lahirkan Peneliti

Ali Masduki
Proses pembelajaran Sains di Sekolah Cikal Surabaya. (Foto: iNewsSurabaya/HO)

SURABAYA, iNews.id - Sekolah Cikal Surabaya membuat pendekatan belajar sains berbeda dari sekolah pada umumnya.

Yakni murid tidak diminta menghafal nama-nama organ dan fungsinya. Melainkan dengan merefleksikan dan mengaitkannya dengan kebiasaan sehari-hari. 

Lakukan Refleksi dan Studi Kasus 

Menurut Rani, pendidik Sains, Sekolah Cikal Surabaya, dalam proses pembelajaran daring setiap anak tidak diberikan tugas menghafal atau merangkum. Melainkan membuat proyek yang menyesuaikan kompetensi mereka terkait tema pembelajaran saat itu.

“Murid-murid diberikan kebebasan dalam membuat proyek menyesuaikan kompetensi mereka, baik dengan membuat video, atau menulis. Dan guru memberikan diferensiasi dalam penyajian hasil eksperimen murid dari rumah," ucapnya.

Ia menambahkan bahwa dalam proses belajar saat ini, guru semakin tertantang untuk mendorong anak-anak menerapkan sains di keseharian mereka di rumah. 

Guru di Cikal berupaya mengajarkan tentang berpikir kritis untuk meningkatkan inkuirinya, tidak menghafal tapi lebih memahami.

Baik itu sistem tubuh, pernapasan, makhluk hidup, dan sebagainya.

"Jadi, bukan hanya berdasarkan konten materi (content based), melainkan studi kasus (study case)," tambah Rani.

Rani pun mengilustrasikan cara pembelajaran Sains di Cikal seperti pada program Sains kelas 1 sekolah dasar yang dimulai dari belajar hal terdekat dan sehari-hari agar lebih dimaknai oleh murid.

“Seperti sumber alam, manusia itu butuh apa untuk hidup? Matahari misalnya, kenapa, dan jika tanpa matahari bagaimana? Kemudian, jika air, kalau ada air bagaimana hidup kita ya? Lalu, kalau tidak bagaimana?,” cerita Rani.

Lahirnya Peneliti Muda Indonesia  Sekolah Cikal yang menerapkan pembelajaran berbasis kompetensi ini banyak melahirkan peneliti muda di bidang sains dan teknologi yang menciptakan ragam inovasi.

Antara lain adalah Rangga Pandu Saputra, Bening Hati Manggali, serta Hisyam Darius Haffian Amadeo.

Kepala Sekolah Cikal Surabaya, Hasto Pidekso, menjelaskan dalam aktivitas kelas, kompetensi pengerjaan proyek selalu ada dalam setiap program sehingga murid dapat memilih program atau kriteria yang sesuai minat.

“Jika dikatakan Sekolah Cikal melahirkan peneliti muda Indonesia, saya setuju. Mengingat murid-murid terbiasa dalam aktivitas kelas, kompetensi pengerjaan proyek selalu ada dalam setiap program sehingga murid dapat memilih program atau kriteria yang sesuai minat. Topik yang dipilih juga sangat dekat dan aplikatif, bukan sekedar konsep atau teori," jelas Hasto. 

Beberapa contoh murid yang berhasil lahir sebagai peneliti muda antara lain Pandu Saputra dan Bening Hati Manggali.

Mereka berhasil membuat aplikasi bernama Loqee untuk membantu orang tua mengawasi penggunaan gadget anak-anak.

Inovasinya memperoleh juara 2 Kompetisi Peneliti Muda Surabaya pada tahun 2019.

Selain Pandu dan Bening, ada pula Hisyam Darius Haffian Amadeo yang sukses membuat purwawuka (prototype) baterai ramah lingkungan pada April 2021.

Di tahun ini, Hisyam pun berhasil meraih juara ke-3 di kompetisi peneliti muda se-Jawa Timur dan melangkah ke tingkat nasional dengan membawa proyek risetnya “Heira (Healing Respirator)”. 

Merujuk pada keberhasilan Hisyam, Pandu, dan Bening proses pembelajaran Sains di Sekolah Cikal sebenarnya itu terletak pada pemahaman dan keinginan untuk menghubungkan kondisi sekitar secara kontekstual dan menciptakan inovasi kondisi sesuai kondisi terkini.

Editor : Ali Masduki

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network