Ia mencontohkan, seperti hasil dari pembuatan paving yang dilakukan oleh para MBR. Kini, mereka bisa mengantongi pendapatan menembus Rp 6 juta secara perorangan setiap bulan. Demikian pula dengan budidaya ikan bandeng yang dipanen setiap 6 bulan sekali. Hasilnya, para MBR juga mampu mengantongi pendapatan Rp 6 juta per orang, meskipun kegiatan tersebut telah berjalan selama hampir 5 bulan sejak program Padat Karya di launching oleh Pemkot Surabaya.
“Karena memang hasilnya membuat saya kaget, maka pemkot akan mendampingi terus melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah serta Perdagangan (Dinkopdag) dalam memanfaatkan pendapatan agar bisa diolah. Itulah yang menjadi penilaian Menpan RB untuk kita dikembangkan, dipantau dan dikerjakan bersama setelah itu bisa diberikan (dicontohkan) ke daerah lain,” terangnya.
Program padat karya mendapat pengakuan dari pemerintah pusat untuk mengentaskan kemiskinan. Program ini mendapat pujian dan percontohan secara nasional. Foto iNewsSurabaya/ist
Di sisi lain, Cak Eri mengatakan bahwa jumlah angka kemiskinan di kota surabaya mencapai 200 ribu KK yang masuk dalam kategori desil 1 dan desil 2. Data ini merupakan data yang diberikan dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) RI. Selanjutnya, Pemkot melakukan kroscek melalui aplikasi Chek In Warga, yang hasilnya banyak KK yang tinggal di luar Kota Surabaya.
“Ternyata banyak yang tidak ada di Surabaya. Lalu, data itu sudah berubah karena pemkot memiliki bukti foto rumah beserta aset yang dimiliki warga. Ini yang akan saya sampaikan datanya kepada Pak Menteri, sehingga yang betul membutuhkan dari 200 ribu KK yang masuk desil 1 dan 2 itu akan kita selesaikan di tahun 2023 dan kita lihat posisi kecamatan mana yang paling banyak, itu yang kita gempur dulu,” pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait