Ia menjelaskan, proses aktivasi bertujuan untuk menghilangkan senyawa lignin pada sekam padi yang menghambat proses absorpsi.
Sebab, imbuh Habib, senyawa lignin memiliki struktur yang berukuran besar sehingga dapat menutupi selulosa dan mengganggu proses reaksi.
Menurut Habib, penelitian terdahulu dengan menggunakan sekam padi yang diarangkan dirasa kurang efektif. Pasalnya, kandungan selulosa pada sekam padi dapat ikut hilang karena adanya proses pembakaran.
Oleh karena itu, Habib dan tim menggunakan cara lain untuk mengaktivasi kandungan selulosa tanpa mengubah komposisinya.
Bersama empat anggota tim lain yaitu Andhika Fathurrohman, Anugerah Pratama Manurung, Brilliana Ayu Putri Herlisya, dan Pasca Purwaning Dyah Ayu, tim ini meneliti beberapa titik aliran sungai Kalimas.
Sampel yang diambil pada aliran sungai di daerah Ngagel, Keputran, Ketabang, dan Bubutan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh logam kromium (VI) mencemari aliran sungai Kalimas.
Lebih lanjut, alumnus MAN 2 Lamongan ini mengatakan bahwa penelitiannya masih belum bisa diimplementasikan dalam skala besar. Namun, ia berharap agar hal ini dapat terus dikembangkan.
“Masyarakat tidak perlu menggunakan bahan kimia untuk mengangkat kandungan kromium (VI) dalam air karena terdapat sekam padi yang alami dan mudah didapatkan,” ungkapnya.
Inovasi yang dilakukan oleh Habib dan tim ini telah berhasil meraih penghargaan karya terbaik dalam ajang Energy Competition yang diadakan oleh Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur pada awal Oktober lalu.
“Sebagai mahasiswa, kami ingin memberikan kontribusi terhadap lingkungan dengan melakukan inovasi yang bermanfaat bagi banyak orang,” tandasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait