SURABAYA, iNews.id - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur (Jatim) Adik Dwi Putranto menegaskan bahwa penggunaan teknologi pergulaan sangat penting untuk meningkatkan produksi gula nasional, terlebih dengan melihat kondisi global kurang bagus.
"Jadi untuk industri gula yang harus dilakukan adalah efisiensi. Kalau efisiensi ya mekanisasi. Ini penting karena di pedesaan, kalau lihat datanya tenaga kerja kebanyakan di sektor pertanian, tetapi semakin lama semakin berkurang dan mahal. Jadi pameran ini sangat bagus dan tepat karena industri gula Jatim paling besar," ujar Adik Dwi Putranto usai membuka pameran "Sugarex Indonesia" di Surabaya, Rabu (23/11/2022).
Besarnya industri pergulaan di Jatim juga bisa dilihat dari banyaknya Pabrik Gula (PG) yang mencapai 29 PG. Selain itu, potensi dan peluang bisnis gula di Indonesia juga cukup besar karena Indonesia masih kekurangan gula, baik konsumsi maupun industri.
"Produksi gula Indonesia sangat kurang, baik untuk gula konsumsi maupun untuk industri. Oleh karena itu pemerintah mendorong supaya produktifitas petani meningkat baik secara kuantitas dan kualitas dengan berbagai macam teknologi dan penelitian sehingga dapat meningkatkan efektivitas dalam produktivitas dan daya saing," ujar Adik.
Pengembangan berbagai macam teknologi, lanjutnya, sudah mulai dilakukan dalam rantai produksi gula. Pemanfaatan teknologi secara maksimal, diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan gula rumah tangga pada tahun depan.
"Saya meyakini bahwa kunci kesuksesan industri gula di tanah air adalah meningkatkan efektifitas dalam produktivitas dan daya saing. Artinya jika kita melakukan perubahan pengelolaan industri gula yang bersifat teknologi modern, tentu akan meningkatnya pendapatan, meningkatnya produksi gula, serta mengintegrasikan dan menyesuaikan model bisnis di industri gula," lanjut Adik.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jatim, Heru Suseno mengatakan bahwa saat ini proses tanam hingga panen tebu yang dilakukan petani masih konvensional. Namun untuk menuju mekanisasi, petani kurang bisa menjangkau karena besarnya investasi yang dibutuhkan.
"Harapan saya, ini akan difasilitasi oleh PG. Jika ada alat mekanik seperti itu yang difasilitasi oleh PG, akan menjadi peluang bagi petani untuk lebih berminat menanam tebu. Karena PG ini kan membina petani di wilayahnya, harusnya mereka memfasilitasi agar produktifitas semakin baik," ujar Heru.
PG, lanjutnya, harus bisa mengatur supaya petani bisa memanfaatkan peralatan dan mesin. Karena mekanisasi dalam industri pergulaan menjadi sebuah keniscayaan supaya swasembada gula, khususnya gula konsumsi bisa tercapai di tahun 2025.
Terkait produksi gula Jatim, ia mengatakan pada tahun ini ada kenaikan, dari 1,098 juta ton di tahun 2021 menjadi 1,19 juta di 2022. Sedangkan tebu yang digiling juga semakin banyak, dari 198.000 hektar di tahun 2021 menjadi 203.000 hektar di 2022.
"Dengan melihat potensi sekarang dan dengan harga gula yang naik, saya yakin produksi gula di tahun 2023 bisa mencapai 1,2 juta ton karena ini akan menjadi penyemangat bagi petani untuk menanam tebu," terang Heru.
Kepala Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Aris Lukito menambahkan bahwa kolaborasi seluruh stakeholder pergulaan menjadi kunci dalam menyukseskan industri gula nasional.
"Kita dari riset melakukan penelitian produktifitas, dibantu stakeholder industri dan pemerintah, saya kira sinergi dan kolaborasi ini akan mampu meningkatkan produksi karen tidak ada yang bisa bekerja sendiri," ujar Aris Lukito.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa saat ini P3GI tengah melakukan sejumlah penelitian untuk meningkatkan produksi gula nasional, mulai dari bibit atau varietas tebu yang memiliki kualitas unggul hingga peningkatan rendemen saat panen. Karena tantangan dalam industri pergulaan ada dua, yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi.
'Ketika intensifikasi maka kita harus menaikkan produktifitas. Dan pada 10 oktober yang lalu kami sudah mengenalkan 6 varietas bibit tebu baru untuk mendukung pencapaian kinerja produksi dan ini tetap kita kembangkan yang bisa dinikmati oleh semua stakeholder," ungkapnya.
Dari ke-6 varietas baru tersebut, rata-rata produktifitasnya sangat tinggi dengan rendemen diatas 10 persen dan viber konten juga cukup tinggi.
"Ini cukup menarik untuk PG karena bisa mendapatkan viber untuk bahan bakar sehingga mandiri secara bahan bakar. Varietas baru ini adalah hasil persilangan kami yang telah kami uji cobakan di beberapa stakeholder, diantaranya PTPN grup dan perusahaan swasta, mulai dari PTPN VII, PTPN X, PTPN XI dan Kebonagung. Karena kami ingin menemukan varietas yang baik sesuai spesifikasi lokasi," ungkap Aris.
Sementara dari sisi panen, P3GI juga telah melakukan riset untuk optimalisasi rendaman. "Ada pemacu kemasakan yang jadi alternatif untuk memaksimalkan potensi panen tebu. Ini dalam bentuk liquid yang akan di-spray ke tanaman tebu dari aras," tambahnya.
Sementara Direktur Utama PT Fireworks Indonesia, Susan Tricia mengatakan bahwa pameran Sugarex Indonesia yang diselenggarakan di Dyandra kali ini adalah pameran ke lima. Ada 80 perusahaan dari dalam dan luar negeri yang mengikuti, diantaranya dari India, Singapura dan Malaysia.
"Intinya tentang teknologi pergulaan. Pameran ini juga diikuti oleh perusahaan dari lima negara, diantaranya India, Singapura dan Malaysia. Target kami transaksi yang terjadi selama pameran mencapai Rp2 miliar," pungkasnya
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait