SIDOARJO, iNewsSurabaya.id – Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya tidak main-main dalam membangun Wisata Kampung Kelengkeng Desa Simoketawang, Sidoarjo. Untag memutuskan untuk memangun taman selfie untuk pengunjung-pengunjung yang datang.
Pembuatan lokasi ini menjadi rangkaian dari 31 kegiatan Program Matching Fund yang diusulkan oleh Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Untag Surabaya. Pembuatan program ini diketuai Febby Rahmatullah Masruchin, S.T., M.T. sebagai pengusul. Ada 31 Dosen dan 155 mahasiswa yang terlibat.
“Perencanaan desain taman selfie telah dirancang dengan baik. Nanti aka nada sport taman selfie,” kata Koordinator Program Wisata Kampung Kelengkeng di Sidoarjo, Tigor Wilfritz Soaduon Panjaitan, S.T., M.T., PhD.
Menurutnya, wisata ini aka nada spot taman selfie, berdasarkan hasil Perubahan Anggaran Kegiatan (PAK) Desa Simoketawang tahun 2022 terdapat prioritas pembangunan Aviary dan Taman Kelinci. Namun tetap ditambahkan spot selfie sebagai penunjang agar fasilitas ini diharapkan dapat menambah minat pengunjung untuk datang ke Wisata Kampung Kelengkeng ini.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh 1 Dosen yaitu Dr. Darmansjah T.P., S.T., M.T. dari program studi Arsitektur bersama 5 mahasiswa MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) dari program studi Arsitektur antara lain Anindya Shafa Ayu Chandraningtyas, Putri Eka Ayu Nabila, Dava Ahmad Al Hafidz, Alfinto Deonova Koeswanto, Mochammad Fany Firdiansyah.
“Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh adanya perkembangan yang pesat. Perkembangan pesat tersebut Dikarenakan terdapat potensi diwilayahnya seperti industri pertanian dan perdagangan, pariwisata, serta usaha kecil dan menengah,” ucap Dr. Darmansjah T.P., S.T., M.T. salah satu dosen yang terlibat program ini.
Berdasarkan Potensi dan Peluang Investasi Kabupaten Sidoarjo tahun 2017 oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Kabupaten Sidoarjo, ungkapnya, lokasi ini memiliki potensi terbesar yaitu disektor “Pertanian dan Agropolitan”. Kecamatan Wonoayu menempati urutan pertama pada kedua sektor tersebut dengan potensi luas lahan mencapai 4.000 hektar.
Untag memutuskan untuk memangun taman selfie untuk pengunjung-pengunjung yang datang supaya lebih menarik. Foto iNewsSurabaya/ist
Kecamatan Wonoayu memiliki dua program utama dalam mengenalkan potensi wilayahnya yaitu Wisata Sejarah dan Budaya serta Wisata Buah-buahan. Kondisi ini berada pada dua desa di Kecamatan Krian dan satu desa di Kecamatan Wonoayu yaitu Desa Simoketawang.
Sehingga tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah membantu menyelesaikan salah satu permasalahan yang terjadi adalah fasilitas yang ada ternyata belum mampu meningkatkan pengunjung secara signifikan. Oleh sebab itu, perlu segera dibangun beberapa fasilitas lain yang memperkuat dan mendukung sebagai sebuah Wisata Kampung Kelengkeng.
“DUDI (Dunia Usaha dan Industri) atau mitra sasaran dari kegiatan ini adalah Desa Simoketawang dengan membangun aviary dan taman kelinci untuk di jadikan sebagai tempat edukasi anak dan meningkatkan daya tarik masyarakat luar terhadap kampung kelengkeng,” paparnya.
Sasaran pengunjung di peruntukan kepada anak-anak dan orang tua menunggu di café kelengkeng. Maka dari itu, terdapat pelibatan masyarakat di Desa Simoketawang meliputi :
- Perangkat Desa Simoketawang
Sebagai staf yang membantu kepala desa dalam penyusunan kebijakan dan koordinasi tempat pembangunan wisata kampung kelengkeng.
- Bumdes Simodjojo
Sebagai pengelola usaha serta menyediakan jenis usaha dan menyediakan jasa pelayanan untuk kesejaterahan masyarakat desa simoketawang.
- BPD
Sebagai penampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa serta melakukan pengawasan kepada kepala desa.
Manfaat yang diterima oleh mitra sasaran berupa meningkatkan perekonomian desa, meningkatkan daya tarik masyarakat luar terhadap kampung kelengkeng, melengkapi spot objek yang ada di kawasan kampung kelengkeng.
Suyantok, Sekretaris Desa mengungkapkan desain yang dibuat dilakukan sekreatif mungkin, yang tidak monoton sehingga dapat menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun non-lokal. Setelah melakukan beberapa koordinasi hingga saat sosialisasi desain terdapat warga desa yang menanyakan tentang biaya untuk pembangunan aviary dan taman kelinci karena desain spektakuler tersebut terkesan mengeluarkan banyak dana.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait