Namun, produksi batik masih menghadapi masalah pencemaran lingkungan akibat penggunaan bahan kimia dalam proses produksinya, khususnya dalam tahap pewarnaan. Hal ini pun masih belum banyak disadari para pengrajin batik sehingga perlu dilakukan edukasi tentang pewarna alami agar proses produksi tidak menimbulkan dampak kurang baik terhadap lingkungan.
Sekaligus sebagai bagian dari dukungan terhadap konsep SDGs, pembangunan yang berkelanjutan.
Universitas Ciputra Bantu Edukasi UMKM Kriya Batik supaya bisa ramah lingkungan. Foto iNewsSurabaya/ist
Penggunaan pewarna alam dalam produk batik, selain masalah lingkungan, juga bisa dijadikan sebagai bagian dari inovasi dan kreativitas yang bisa memberikan nilai tambah produk kriya batik yang dihasilkan.
Pendampingan UMKM batik berbasis greenpreneur dilakukan di Desa Wage Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo pada 12-14 Desember 2022. Pendampingan dilakukan terhadap 15 UMKM, berasal dari pengrajin kriya kain dan fesyen. Proses pendampingan dilakukan melalui beberapa tahap pelatihan, mulai dari tahap pengenalan motif dan trend batik, teknis batik dan pewarnaan, produksi batik, hingga digital marketing.
Program pelatihan tersebut digawangi oleh dua anggota tim, yakni Dr. Tina Melinda, MM., CPM dan Rahayu Budhi Handayani, S.Sn., M.Ds.
Rektor Universitas Ciputra, Ir. Yohannes Somawiharja, M.Sc. menilai bahwa pelatihan tersebut berhasil meningkatkan kapasitas para pelaku kriya kain dalam hal teknik pewarnaan alami, sehingga meningkatkan nilai tambah dari produk kriya kain yang dihasilkan sekaligus sebagai bagian dari tanggung jawab terhadap permasalahan lingkungan atau keberlangsungan lingkungan hidup.
"Pelatihan seperti ini perlu diperluas jangkauan dan kapasitasnya agar semakin banyak pengrajin kriya kain yang dapat dijangkau, mengingat potensi ekonomi kreatif untuk kriya kain cukup besar di Indonesia, dan Universitas Ciputra akan berkontribusi dalam hal tersebut," ungkapnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait