Tomi menjelaskan bahwa perlindungan anak-anak sama artinya dengan melindungi masa depan Kota Surabaya. Melalui sinergi berbagai pihak, diharapkan masa depan Kota Surabaya berada dalam keadaan yang aman dan sejahtera.
“Kami juga memfasilitasi anak-anak disabilitas karena kami ingin suara dan aspirasi anak-anak bisa didengar. Bahkan, bisa ikut terlibat dalam forum diskusi/musyawarah mengenai proses pembangunan kota di tingkat RT/RW, kelurahan, dan kecamatan,” ujarnya.
Menurutnya, masih banyak orang tua yang belum mengetahui trend atau fenomena populer dikalangan anak-anak. Apalagi, tidak sedikit orang tua laki-laki dan perempuan yang harus sama-sama bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keluarga.
“Orang tua sering repot dengan pekerjaannya. Melalui FAS, mereka akan memfasilitasi dan melibatakan Forum Anak Kecamatan untuk menggali potensi anak-anak serta melaporkan persoalan anak-anak di lingkungan mereka,” terangnya.
Oleh karena itu, pihaknya memberikan pelatihan kepada para anggota FAS sebagai pelopor gerakan dalam solusi dari permasalahan anak yang berada di lingkungan sekitar (agent of change). Mereka akan terlibat aktif untuk melaporkan ketika mengalami, melihat, dan merasakan tidak terpenuhinya hak dan perlindungan Anak.
“Serta berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan dengan melibatkan perspektif anak dalam musyawarah pembangunan. Mereka juga kita libatkan dari awal proses perencanaan, mangkanya kita ikutkan di level Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) untuk menyampaikan usulan atas permasalahan yang ada di Kota Surabaya,” jelasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait