Selain itu KH Abdul Chalim Leuwimunding juga menggagas Nahdlatul Wathan (kebangkitan bangsa) yang menjadi cikal bakal tonggak sejarah patriotisme cinta tanah air khususnya bagi anak muda.
"Hari ini kita menggelar seminar pengusulan calon pahlawan nasional bagi KH Abdul Chalim Leuwimunding. Kegiatan ini sebagai bagian dari syarat pengusulan gelar pahlawan nasional," kata Gubernur Khofifah.
Khofifah menegaskan, siapa saja yang akan mengusulkan warga negara untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional hanya diberikan kepada mereka yang sudah wafat. Sebab, salah satu syarat untuk menjadi keputusan dewan gelar adalah bahwa di dalam masa hidupnya penuh dengan perjuangan dedikasi kepada bangsa dan negara tanpa cacat.
"Karena tanpa cacat hanya bisa diketahui kalau sudah wafat tapi kalau kita ingin menjaga kesholehan tidak berarti bahwa karena kita berharap jadi pahlawan, maka dijaga terus, tidak demikian, tapi karena memang kita ingin semuanya menjadi penghuni surganya Allah," jelasnya.
Menurutnya, KH Abdul Chalim Leuwimunding layak dicalonkan sebagai pahlawan nasional karena melalui gerakan pemikiran yang tidak hanya di bidang agama, melainkan juga dari sisi pendidikan sosial , ekonomi dan politik. Semua itu dilakukan untuk menanamkan jiwa patriotisme cinta tanah air melalui lembaga pendidikan bernama taswirul afkar atau kebangkitan pemikiran.
"Beliau melihat bahwa akar anak muda harus terbangun nasionalismenya. Pikiran ini digagas oleh Kyai Wahab Hasbullah tapi implementasinya adalah KH Abdul Chalim. Setelah ditanam ide itu seorang KH Abdul Chalim berpikir bahwa cinta tanah air juga sebagian dari iman. Itu bisa diketahui dari syair syair yang dibuat dalam bahasa Arab di awal tahun 1900 an," jelasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait