Balai Bahasa Jawa Timur Gandeng 43 Komunitas, Ini Kata Umi Kulsum

Arif Ardliyanto
Balai Bahasa Jawa Timur meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia dengan cara menggandeng 43 Komunitas. Foto iNewsSurabaya/arif

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Literasi bahasa terus dilakukan dikalangan komunitas di Jawa Timur. Sebanyak 43 komunitas dikumpulkan untuk ikut terlibat dalam penguatan Bahasa Indonesia di tengah masyarakat. 

Untuk itu, Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur menggelar Diseminasi Kongres Bahasa Indonesia XIII, di Surabaya, Rabu (17/5/2023). Tema yang diangkat adalah Literasi dalam Kebhinekaan untuk Kemajuan Bangsa.

Kepala Balai Bahasa Provinsi Jatim Umi Kulsum menyampaikan, kegiatan ini dalam rangkaian untuk menyiapkan kongres bahasa Indonesia yang ke-12. 

"Tentu kita ingin Jatim berkontribusi menyukseskan kegiatan kongres. Karena ini ajang tahunan yang sangat penting dalam bahasa kesastraan akan ada masukan, diskusi yang hangat terkait dengan upaya kita melestarikan bahasa Indonesia dan menginternasionalisasikan bahasa Indonesia," ujarnya.

Dia melanjutkan terkait dengan literasi kebhinekaan pihaknya ingin bahasa Indonesia dan juga bahasa daerah di Jatim seperti Jawa, Madura, Osing dan bahasa daerah lain seperti Madura Bawean jadi sebuah kekuatan.

"Bagaimana menguatkan literasi di Jatim. Karena kalau kita ingin meningkatkan kualitas hidup kita, baca tulis dan sebagainya tentu kita tak bisa melepaskan diri dari literasi," tegasnya.

Umi menambahkan selalu mengadakan literasi baik itu yang ada di masyarakat atau sekolah. "Jadi untuk literasi yang ada di masyarakat kami selalu membantu kegiatan atau pun program yang ada di masyarakat komunitas literasi. Bahkan kami sekarang punya 43 komunitas literasi yang terkumpul dalam komunitas digital literasi," cetusnya.

"Dalam komunitas tersebut kami berupaya selalu untuk memotivasi mereka  menyampaikan apa yang sudah kami lakukan, berbagi pengalaman kepada komunitas lainnya," pungkasnya.

Di tempat yang sama, Guru Besar Universitas Neger Malang Prof. Djoko Saryono menambahkan, berkaitan dengan perkembangan digital menurut dia agar disadari bahwa bahasa Indonesia sekarang memiliki tanah air baru. Yaitu, tanah air digital.

"Pada 1928 adalah tanah air fisikal, sekarang lain dan bahasanya lain. Kalau tidak lain maka kita tak bingung dengan pola kebahasaannya, pola interaksinya dan sebagainya," tambahnya.

Editor : Arif Ardliyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network