Jatim Dilirik Australia, Jajaki Kerja Sama Perdagangan Kertas hingga Penjualan Sapi, Ini Untungnya

Arif Ardliyanto
Pengusaha Australia secara khusus datang ke Jawa Timur untuk menjajaki kerja sama mulai sektor perdagangan kertas, dolomit, sapi, dan pendidikan. Foto iNewsSurabaya/isy

SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Jawa Timur masih menjadi magnet investor-investor mancanegara. Pengusaha Australia secara khusus datang ke Jawa Timur untuk menjajaki kerja sama mulai sektor perdagangan kertas, dolomit, sapi, dan pendidikan.

Pengusaha yang datang terdiri dari Oceanic Group Senior Advisor Jonathan O'Dea didampingi Senior Manager Oceanic Multitrading PYY. LTD. Anthony Merriott dan Managing Director Ocean Cattle Stations Nisin Sunito. Mereka bertemu dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur membicarakan peluang kerja sama yang bisa dilakukan.

Jonathan O'Dea mengatakan bahwa Oceanic Cattie Stations Pty. Ltd. Australia adalah perusahaan yang bergerak di sektor sapi hidup, dengan area peternakan seluas 331.800 hektar (4,78 kali luas Singapura) yang terletak di Darwin. "Dalam setiap tahun, ada sekitar 300.000 sapi hidup dari Darwin di ekspor ke negara-negara di Kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia," terangnya, dalam rilis Kadin yang diterima, Kamis (25/5/2023).

Selain bergerak di bidang sapi hidup, Oceanic Cattle Stations Pty. Ltd. juga beroperasi di sektor importasi kertas (100.000 ton per tahun), ekspor limbah kertas (yang diproses secara ramah lingkungan untuk dijadikan kertas koran oleh PT Aspex Indonesia), serta produk kimia untuk plywood, newsprint dan industri pertanian. 

"Kunjungan kerja Oceanic Cattie Stations Pty. Ltd. ke Surabaya ini bermaksud untuk mengembangkan bisnis pada kegiatan impor kertas, ekspor dolomite, pasokan peralatan modal dan investasi (capital eguipment supply and investment) dan di sektor pendidikan," ungkap Jonathan O'Dea.

Atas tawaran tersebut, Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto menyambut gembira dan langsung pertemukan dengan pengusaha terkait. Ia menegaskan, Jatim memiliki potensi yang sangat besar yang bisa disinergikan dengan pengusaha Australia. Dan Kadin akan berusaha menfasilitasi apa yang mereka inginkan dalam rangka meningkatkan kinerja ekonomi Jatim.

"Potensi ini harus ditangkap. Kami langsung pertemuan dengan industri kertas dan industri dolomit. Harapan kami, disamping ada ekspor kesana, mereka juga akan melakukan investasi di Jatim. Ada lagi kerjasama di bidang pendidikan, sudah kami pertemukan dengan Kadin Institute. Ada kesepakatan program pemagangan di bidang agro yang meliputi pertanian dan peternakan. Nantinya akan ada pengiriman pelajar magang dari Indonesia ke Australia," tandas Adik.

Sementara itu, Commercial Sales Manager Europe & Oceania Stationery Business Unit PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.Bagus Arifin mengatakan bahwa forum seperti ini sangat penting untuk mencari pasar dan customer baru. "Walaupun Tjiwi Kimia dalam hal market sudah sangat established tetapi tetap harus melakukan strategi untuk terus mengembangkan pasar," kata Bagus Arifin.. 

Ia mengaku, pelaku usaha Australia tersebut tengah mencari suplai dalam rangka memenuhi kebutuham dalam neger.  "Mereka biasanya impor news paper kemudian mereka konversi sendiri menjadi produk. Karena kita tahu biaya produksi di Australia cukup tinggi sehingga kita tawarkan pembuatan produk di sini "Produksi stationary Tjiwi Kimia saat ini mencapai 240.000 ton per tahun. Dan hmpir 70 persen negara di dunia sudah menggunakan produk Tjiwi Kimia," tandasnya. 

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Direktur Utama PT PT Polowijo Gosari  Didik Pribadi Arifin bahwa pertemuan seperti ini sangat penting bagi pengusaha untuk membangun networking atau jaringan. Apalagi yang mereka cari semuanya ada di Jatim, termasuk dolomit. 

Didik Pribadi mengatakan, produksi dolomit PT Polowijo Gosari cukup banyak, mencapai 400 ribu ton per tahun. Sebagian besar di gunakan untuk pertanian seperti sawit dan tanaman pangan. "Pasar domestik sangat besar. Sementara untuk ekspor harus kita harus hitung value added-nya. karena harganya terlalu murah, lebih mahal bayar biaya transportasinya. saat ini harga dalam negeri Rp 600 per kg, kalau dengan value added bisa mencapai Rp 3500 per kg," akunya.

 

Editor : Arif Ardliyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network