Tradisi Unik Suku Osing Jelang Idul Adha, Mepe Kasur Serentak di Halaman Rumah Sambil Ritual

Siswanto
Suku Osing Banyuwangi memiliki tradisi unik menjelang perayaan Idul Adha. Mereka ramai-ramai mepe kasur atau menjemur kasur di halaman. Foto iNewsSurabaya/siswanto

BANYUWANGI, iNewsSurabaya.idSuku Osing Banyuwangi memiliki tradisi unik menjelang perayaan Idul Adha. Mereka ramai-ramai mepe kasur atau menjemur kasur di halaman sebelum melaksanakan ritual di Idul Adha.

Tradisi ini telah ada turun temurun dikalangan suku Osing, Banyuwangi Jawa Timur. Bagi warga suku Osing, ritual jemur kasur atau mepe kasur ini sebagai bentuk menolak balak atau menghindari semua masalah-masalah yang terjadi.

Uniknya, ritual mepe kasur warga Suku Osing Banyuwangi ini merupakan bagian dari ritual bersih Desa, selain menolak balak. Ritual Mepe Kasur  dilakukan bersama-sama di depan rumah masing-masing, sejak pagi hingga sore hari, selanjutnya dilanjutkan ritual tumpeng sewu pada malam harinya.

Salah satu wilayah Suku Osing yang melaksanakan kegiatan ini adalah warga Lingkungan Sukosari, Desa Kemiren. Terlihat semua warga menjemur kasurnya disepanjang halaman rumah. Selain menjemur kasur, warga Kemiren juga tampak kusuk membaca doa dan sesekali memercikkan air bunga ke arah kasur tersebut. Dengan harapan bisa terhindar dari segala penyakit serta marabahaya.

"Bagi warga Suku Osing, kasur merupakan benda yang sangat dekat dengan manusia, sehingga wajib dibersihkan agar kotoran yang ada di kasur itu hilang," ucap Ketua Adat Kemiren, Suhaimi.

Uniknya lagi, kasur warga Kemiren Banyuwangi ini memiliki warna seragam dan berkombinasi merah serta hitam atau Suku Osing bilang abang-cemeng. Warna tersebut memiliki filosofi yang dalam, sedangkan warna hitam merupakan simbol tolak balak. Sementara warna merah melambangkan keabadian rumah tangga.

Suhaimi menuturkan, di Desa Kemiren ini dipastikan setiap keluarga memiliki kasur warna merah hitam, sedangkan setiap pengantin baru dipastikan disiapkan kasur merah hitam dengan harapan rumah tangganya bisa langgeng.

“Saya pastikan warga di sini memiliki kasus berwarna merah hitam. Bagi kami itu (kasur merah hitam) merupakan harapan rumah tangga bisa langgeng,” ujarnya.


Suku Osing Banyuwangi memiliki tradisi unik menjelang perayaan Idul Adha. Mereka ramai-ramai mepe kasur atau menjemur kasur di halaman. Foto iNewsSurabaya/siswanto

Setelah kasur dimasukan dalam rumah, lanjutnya, Suku Osing melanjutkan ritual dengan arak barong dari ujung Desa menuju batas akhir Desa, dilanjutkan dengan berziarah ke Makam Buyut Cili yang diyakini warga Suku Osing sebagai nenek moyangnya.

Malam harinya, dilanjutkan selamatan tumpeng sewu dan semua warga mengeluarkan tumpeng khas warga Osing yang dikenal dengam sebutan pecel pitik.

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani mengapresiasi warga Kemiten yang masih terus memelihara dan menjaga tradisi dari leluhurnya. "Ini adalah identitas  Masyarakat Banyuwangi yakni Suku Osing yang harus dijaga keasliannya serta berkelanjutan. Pemkab Banyuwangi terus mendukung tradisi serta budaya Banyuwangi agar tetap eksis," katanya.

Dalam belasan tahun terakhir konsisten menggelar berbagai agenda pariwisata yang dikemas dalam "Banyuwangi Festival” dan terdapat puluhan atraksi seni, budaya, sport tourism serta religi.

“Dengan cara kami merawat budaya ditengah gempuran moderennisasi. Generasi muda Banyuwangi harus tetap mengenalkan serta mencintai budaya daerahnya," pungkas Ipuk Fiestiandani.

Editor : Arif Ardliyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network