SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Acer Indonesia memiliki komitmen kuat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Saat ini, Acer Indonesia memutuskan untuk meluncurkan 'Acer Smart School Awards (ASSA) 2023' untuk perkembangan pendidikan.
ASSA 2023 merupakan penghargaan berskala nasional kepada sekolah dan insan pendidik yang siap melaksanakan transformasi teknologi di dunia pendidikan. Sebagai wadah yang menginspirasi dan memfasilitasi inovasi pendidikan di era digital, ASSA 2023 memfokuskan pada pengembangan kualitas sumber daya manusia sebagai faktor utama dalam meningkatkan mutu pendidikan.
"Ajang tahunan ini memberikan kesempatan kepada berbagai jenjang pendidikan di sekolah umum maupun madrasah, mulai dari tingkat SD/Madrasah Ibtidaiyah, SMP/Madrasah Tsanawiyah, SMA/Madrasah Aliyah sampai SMK/Madrasah Aliyah Kejuruan," kata Herbet Ang, Presiden Direktur Acer Indonesia.
Tunjukkan Komitmen Bangun Pendidikan, Acer Gelar Acer Smart School Awards 2023. Foto iNewsSurabaya/arif
Pendaftaran ASSA 2023 sendiri dapat dilakukan hingga 30 September 2023, sementara pengumuman pemenang direncanakan diketahui pada Desember 2023.
Penghargaan yang akan diberikan mencakup kategori "Kepala Sekolah Inspiratif", "Guru Kreatif", dan "Jelajah Ilmu Award". Semua kategori tersebut harus menerapkan prinsip-prinsip smart school yang disampaikan oleh Acer dalam rangka Acer Smart School Awards 2023.
Kriteria umum penilaian meliputi; Perencanaan dan Penerapan Transformasi Digital Sekolah, Pengelolaan Sumber Daya Pembelajaran, Literasi Informasi dan Digital Guru, Akses Informasi Bagi Orang Tua dan Perilaku Siswa Terhadap Budaya Digital, Evaluasi dan Pengembangan Kemampuan Siswa, dan Tata Kelola Teknologi Informasi.
Pada penyelenggaraan tahun ini, Acer akan memberikan penghargaan khusus yaitu Jelajah Ilmu Award. Penghargaan ini diberikan kepada peserta ASSA yang telah menggunakan platform Jelajah Ilmu dalam proses belajar mengajar di sekolah atau madrasah mereka.
Tidak hanya memberikan penghargaan, ASSA 2023 juga berperan dalam mempersiapkan tenaga pendidik untuk peningkatan kinerja. Ini melibatkan pembekalan teknis maupun non-teknis, self-assessment, konsultasi dari mentor berpengalaman, serta pendampingan.
Implementasi transformasi serta penjurian dilakukan oleh praktisi dunia pendidikan seperti Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd, selaku Ketua Umum PB PGRI; Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc., M.B.A., M.Phil., M.A, selaku Direktur SLCC PB PGRI; Prof. Ir. Tian Belawati, M.Ed, Ph.D, selaku Guru Besar Universitas Terbuka Jakarta, Fransisca Maya, S.P., M.B.A. selaku Head of Marketing Acer Indonesia, dan Ir. Rudijanto, M.A. selaku Vice Operational President PT Intan Pariwara.
"ASSA 2023 difokuskan pada pengembangan mutu pendidik yang merupakan faktor kunci dalam meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh melalui penerapan teknologi. Kami berharap ASSA 2023 berperan dalam menciptakan generasi unggul bagi bangsa," ujarnya.
Penyelenggaraan ASSA 2023 mendapat dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Agama, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Penerbit Intan Pariwara, dan Jelajah Ilmu. Pihak-pihak lain yang turut berkontribusi dalam ASSA 2023 termasuk Intel dan Hilo.
Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Dinas Pendidikan Jawa Timur Suhartatik mendorong guru untuk memahami teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) agar proses pembelajaran kepada peserta didik lebih kolaboratif.
"Guru harus pahami AI. Kalau tidak paham, kita tidak bisa menggunakan, tidak bisa melaksanakan, maka pahami dulu supaya ketika melakukan proses pembelajaran kepada peserta didik ada sebuah kolaborasi," kata Suhartatik di Surabaya, Rabu.
Dengan memahami teknologi kecerdasan buatan, kata Suhartatik, akan terbangun komunikasi interpersonal yang memadukan teknologi dengan pengalaman sehari-hari, sehingga akan nyambung.
"Tugas guru selain memahami AI harus bisa mengembangkan konteks dengan baik. Kalau bisa jadi mentor atau pembimbing sehingga bisa menggunakan teknologi dan informasi (TI) dengan positif," ujarnya.
Menurut dia, harus ada penanaman karakter penggunaan TI dari guru, sehingga anak-anak tidak terpengaruh hal-hal negatif. Juga harus ada filter dan pengawasan.
"Tidak hanya pengawas atau pembimbing, guru saat ini harus jadi fasilitator untuk peserta didik, sehingga tidak mendominasi tapi merangsang peserta didik menggunakan IT dengan baik, mengadakan kolaborasi dengan baik," katanya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait