Adapun bahan yang digunakan adalah campuran bakteri dan limbah lingkungan, seperti buah-buahan serta limbah ikan. Namun, proses fermentasinya memakan waktu lama, yaitu 15 hari.
Melihat fakta itu, Hery memutuskan untuk membimbing mahasiswanya yang sedang melakukan tugas akhir dari Teknik Industri, yakni Nawang untuk melakukan penelitian cara mempercepat proses fermentasi nutrisi cair itu.
Nawang kemudian membuat rancangan alat bioreaktor anaerob dengan memanfaatkan proses panas di dalam tabung dengan suhu 32-40 derajat.
“Di dalam tabung itu ada putaran pada bahan-bahan pembuatan nutrisi cair yang akan mempercepat proses fermentasi dari 15 hari menjadi empat sampai lima hari,” ujarnya.
Nawang mengatakan saat melakukan pendampingan pembuatan nutrisi enam bulan di Desa Papungan dia menghitung biaya produksi dalam proses pembuatan nutrisi dan perhitungan saat panen di sektor pertanian, perikanan, serta peternakan.
“Hasilnya bisa menghemat biaya pakan sebesar 25-30 persen dengan peningkatan bobot sebesar 10 persen,” tutur Nawang.
Dosen dan Mahasiswa Untag Surabaya Kolaborasi Ciptakan Pupuk Penambah Nutrisi Buah. Foto iNewsSurabaya/arif
Pada sektor pertanian, nutrisi yang digunakan pada tanaman padi dan cabai mampu meningkatkan hasil panen dan menekan biaya produksi. Hal tersebut membuat petani mendapatkan keuntungan lebih besar.
“Petani sangat diuntungkan karena hama berkurang, panennya meningkat. Contohnya, cabai biasanya sebelas kali petik, kalau pakai ini bisa 13-15 kali petik,” bebernya.
“Jadi, bisa menekan biaya produksi ketika harganya mahal di pasaran. Keuntungan kebaikan dari profit petani sekitar 20-40 persen,” imbuh dia.
Rancangan bioreaktor ini rencananya akan ditindaklanjuti untuk dilakukan produksi massal mendukung ketahanan pangan menggunakan nutrisi secara swadaya di Desa Papungan.
“Rancang bangun bioreaktor ini rencananya akan diusulkan proses Paten dan HAKI supaya bisa dimanfaatkan banyak orang dan diproduksi secara massal,” pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait