SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya (FK Ubaya), Dr. dr. Valentinus Besin, Sp.N, memberikan pemahaman tentang demensia dan cara mencegahnya.
Sebagaimana dikutip dari berbagai sumber, di Indonesia diperkirakan ada sekitar 2 juta orang yang mengidap demensia pada tahun 2030. Jumlah ini akan terus meningkat tiap tahunnya.
dr. Valen menjelaskan demensia adalah sekumpulan gejala kemunduran fungsi kognitif seseorang yang menyebabkan terganggunya aktivitas hidup dan interaksi sosialnya.
Kebanyakan orang seringkali menganggap semua demensia adalah demensia alzheimer. Padahal, demensia memiliki banyak jenis.
“Alzheimer merupakan salah satu demensia, namun tidak semua orang yang mengalami demensia adalah demensia alzheimer. Jenisnya ada bermacam-macam ada demensia vaskular, demensia penyakit parkinson, demensia lewy body, demensia frontotemporal, bahkan demensia tipe campuran,” jelasnya.
Ia menambahkan, gejala demensia tidak hanya gangguan memori atau yang biasa disebut pikun. Terganggunya fungsi kognitif juga meliputi sulitnya berkonsentrasi, berbahasa, dan lain-lain yang tahapnya sudah mengganggu aktivitas hidup dan interaksi sosial.
Bahkan, bisa berlanjut ke tahap Behavioral dan Psychological Symptoms of Dementia (BPSD). Gejalanya sampai halusinasi, marah, teriak, dan gelisah.
Lebih lanjut, dr. Valen mengatakan, demensia dapat disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan yang tidak dapat dimodifikasi.
Namun ada pula faktor yang bisa berpotensi untuk dimodifikasi, seperti trauma kepala, gangguan pendengaran, penyakit kencing manis, atau sejumlah faktor risiko lainnya. Hal ini yang membuat demensia tidak hanya terjadi pada orang usia lebih dari 65 tahun, namun juga bisa dialami pada orang usia muda.
“Penelitian obat-obatan sudah banyak dikembangkan untuk terapi demensia. Tapi lebih baik mencegah sejak dini,” ujar dokter spesialis neurologi itu.
Pencegahan bisa mulai dilakukan sejak muda. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan yakni memiliki gaya hidup sehat dan mengobati sejumlah penyakit secara dini.
“Untuk remaja dan kawula muda, ayo capai ilmu setingi-tingginya dan belajar bahasa bilingual. Untuk dewasa muda jangan merokok, deteksi dan obati penyakit seperti kencing manis, tekanan darah tinggi, dan lainnya. Sedangkan untuk lansia, jangan lupa deteksi dini gangguan pendengaran ke dokter spesialis THT,” imbuhnya.
Apabila memiliki keluarga atau kerabat yang menunjukkan gejala demensia, dr. Valen menghimbau masyarakat agar tidak melakukan diagnosa sendiri. Bisa segera berkonsultasi dengan dokter spesialis neurologi.
Nantinya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan kognitif, dan pemeriksaan penunjang untuk menduga jenis demensia apa yang dialami pasien dan pemberian terapi yang tepat.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait