SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menggelar Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Radio Braille Surabaya (RBS).
Radio Braille Surabaya adalah media pertama berbasis platform video di Surabaya yang dikelola secara profesional oleh komunitas disabilitas dari Lembaga Pemberdayaan Tunanetra (LPT) Surabaya. Media ini hadir pertama kali pada 3 Desember 2022 silam.
Untuk mengawali rangkaian PKM, digelar Focus Group Discussion yang diikuti para dosen dan mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Unesa bersama kru RBS dan pengurus Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya pada Jumat (29/9/2023).
Koordinator Prodi Ilmu Komunikasi, Anam Miftakhul Huda, dalam sambutannya menyampaikan harapannya agar kerjasama ini tak berhenti hanya pada FGD atau PKM.
Dia berharap agar kerjasama yang terjalin, dapat terus berlanjut di masa depan dan dapat menjadi ruang kontribusi bagi Unesa, khususnya prodi S1 Ilmu Komunikasi.
Anam menilai, RBS sebagai sebuah media advokasi untuk komunitas disabilitas netra sudah berkembang pesat meski belum genap 1 tahun beroperasi.
"Terbukti dari cerita tentang video yang diunggah mengenai fasilitas Suroboyo Bus, akhirnya muncul kebijakan dari Pemerintahan Kota Surabaya memberikan tarif gratis kepada teman disabilitas," katanya.
Ketua Tim PKM Ilmu Komunikasi, Muhammad Danu Winata menambahkan, dalam PKM ini, nantinya para mahasiswa akan terlibat dalam produksi konten RBS, merancang strategi digital untuk RBS, memuat perencanaan konten, hingga mendampingi tim redaksi RBS melakukan reportase di lapangan.
"Kami juga akan membantu menyiapkan website agar konten Radio Braille Surabaya semakin beragam," kata Danu.
Tutus Setiawan, pemimpin redaksi Radio Braille Surabaya berharap kolaborasi antara Unesa dengan RBS dapat memberikan dampak bagi komunitas disabilitas.
Ia juga menganggap kerjasama ini sangat membantu RBS yang sejauh ini masih kekurangan SDM dan masih terkendala oleh banyak hal lainnya dalam berproduksi.
Di sisi lain, Tutus mengakui bahwa cara masyarakat mengkonsumsi media saat ini sangat berdampak terhadap strategi yang dikembangkan oleh RBS.
"Harapannya dari sini memang target audience-nya bukan hanya lingkup kami (tunanetra) saja, namun untuk mengadvokasi, edukasi dan ruang ekspresi bagi kami," ucapnya.
Dalam FGD ini dibahas mekanisme bentuk kerjasama yang dijalin. Mulai dari penentuan pelaksaaan workshop, jadwal produksi, hingga pelatihan terhadap mahasiswa tim PKM.
Dalam pelatihan itu, Sugi Hermanto, juru kamera Radio Braille Surabaya melatih mahasiswa bagaimana cara berinteraksi dan memandu para disabilitas netra dalam melakukan reportase.
"Seperti misalnya ketika berinteraksi jangan hanya berbicara tapi pegang tangan,sebut nama teman netra juga jangan lupa memperkenalkan diri ini mempermudah kami untuk merespon,” ujar Sugi Hermanto.
Eben Haezer, Ketua AJI Surabaya menambahkan, kolaborasi ini diharapkan dapat menjadikan Radio Braille Surabaya semakin berdampak bagi masyarakat, khususnya komunitas difabel.
Dia juga berharap kerjasama ini dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa, khususnya dalam mengelola media, hingga melakukan kajian-kajian ilmiah seputar media massa.
“Kami berharap RBS juga bisa menjadi laboratorium hidup bagi siapapun untuk belajar mengenai jurnalisme advokasi dan jurnalisme yang inklusif,” ujarnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait