Alki bilang, Letnan Achijat tahu bahwa terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby merupakan kejahatan perang.
"Saat itu ada genjatan senjata, sehingga lawan tidak boleh di serang. Itu merupakan hukum internasional yang mengatur peperangan. Sehingga oleh pejabat-pejabat pada saat itu sepakat menutup kasus ini,” ungkapnya dalam sebuah Storytelling berjudul Selayang Pandang, di TownHall Midtown Hotel Surabaya.
Alasan kedua yaitu adanya rasa bersalah dari Letnan Achijat. Terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby merupakan pemicu utama perang 10 November 1945 dan menyebabkan ribuan korban berjatuhan terutama masyarakat Surabaya yang gugur.
“Yang ketiga adanya rasa malu dari Letnan Achijat karena niat awal hanya ingin mengambil mobil-mobil jepang bersama rekan nya Almarhum Usman Aji. Saat itu Letnan Achijat dan Usman Aji suka menyerbu iring-iring jepang, lalu di ambil mobil-mobil yang terkenal itu pengeroyokan di Blauran sebelum adanya perang 10 November,” terangnya
Letnan Achijat merupakan salah satu tokoh pejuang yang lahir di Simokerto, Surabaya. Sosok Letnan Achijat turut berjasa besar dalam perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia, khususnya di Surabaya.
Storytelling di TownHall Midtown Hotel Surabaya berjudul Selayang Pandang yang mengungkap cerita sejarah lokal Surabaya ini berjalan hangat. Peserta ditemai menu makan malam khas Suroboyo-an seperti tahu campur, mie goreng Jawa, nasi goreng Jawa, serta gado-gado. Dengan diiringi musik keroncong dan dekorasi kemerdekaan, membuat suasana di acara ini semakin hangat.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait