SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Kasus dugaan pelecahan yang dilakukan mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) masih berlanjut. Rektorat UNESA telah melakukan penyelidikan untuk mengecek kebenaran dugaan pelecahan dengan korban mahasiswi yang menjadi aktivis.
Saat ini, Rektorat telah mengumpulkan semua bukti yang ditemukan. Bukti ini bakal dijadikan landasan untuk mengeluarkan sanksi yang tepat bagi pelaku. Selain bukti fisik, Tim investigasi UNESA juga melakukan pemeriksaan saksi-saksi yang disinyalir mengetahui adanya kasus dugaan pelecahan tersebut.
"Kamis (16/11) kita sampaikan rekomendasi," kata Kepala UPT Humas UNESA, Vinda Maya Setianingrum, S.Sos., M.A. saat dihubungi iNewsSurabaya.id.
Vinda mengatakan, saat ini tim investigasi masih melakukan pemeriksaan, hasilnya bakal diserahkan ke komisi etik untuk dilakukan putusan yang sesuai. "Masih menunggu diputuskan oleh komisi etik," ujarnya.
Sementara itu, kasus ini mencuat dan sempat viral karena curhat mahasiswi berinisial DS yang menjadi korban salah satu mahasiswa Teknik Informatika angkatan 2020.
Aksi pelecehan ini terbongkar dari akun milik korban melalui instagram @dhebbysilvia. Dikutip dari instastory pribadinya di akun @dhebbysilvia mengungkap bahwa pelaku pelecehan terhadap dirinya adalah salah seorang mahasiswa Teknik Informatika angkatan 2020.
Hal itu dikatakan DS Putri terjadi didepan gedung rektorat saat mengawasi mahasiswa baru 2023 simulasi PPKMB.
"It's time to speak up. Pada 20 Agustus 2023, saya Dhebby mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa Teknik Informatika angkatan 2020 di depan gedung rektorat saat mengawasi Mahasiswa Baru 2023 simulasi PKKMB 2023," tulis Dhebby Silvia Putri
DS Putri pun menceritakan kronologi bagaimana dirinya mendapatkan pelecehan tersebut. Meskipun diakuinya, ia tidak ingin menceritakan atau mempublish kasus ini karena dirinya merupakan ketua BEM FBS di UNESA.
"Saya sebenarnya tidak ingin untuk mempublish kasus ini, ada banyak sekali hal yang saya pertimbangkan. Utamanya karena saya seorang Ketua BEM. Saya tidak ingin membuat gaduh," kata dia
Tetapi, sambungnya lagi dalam tanggungjawab yang sedang ia emban, (dengan kondisi saya pada saat ini), dirinya juga harus menolong teman- teman yang mengalami kasus serupa.
"Sehingga banyak trigger yang saya hadapi. Saya membela teman-teman saya, saya menolong teman-teman saya, saya melakukan aktifitas dan terlihat baik-baik saja. Sedangkan sebenarnya, jauh daripada itu, saya terluka, saya sakit, saya setengah sakit jiwa sekarang," tuturnya.
Dirinya minta maaf kepada teman-temanya karena harus menyampaikan ketidakmampuannya untuk menjadi kuat.
"Maaf kalau sekarang saya harus mengatakan bahwa saya tidak bisa untuk membantu banyak akhir- akhir ini. Maaf atas ketidakhadiran saya dalam beberapa waktu dan kesempatan. Dan maaf jika karena publikasi ini, menghadirkan kegaduhan," paparnya.
Ia mengungkapkan kalau ia selalu memberi keberpihakan kepada teman-teman, tetapi dirinya terkadang lupa bahwa dirinya manusia dan wajar jika merasa sedih, merasa luka dan merasa kecewa.
"Setelah saya sadari, saya tidak pernah mendengarkan diri sendiri, saya kurang menyayangi diri saya sendiri. Publikasi ini merupakan sebuah bentuk keberpihakan saya kepada diri saya sendiri,"ujarnya
"Saya ingin meminta maaf kepada diri saya sendiri, andai saya bisa menjaga diri saya pada waktu itu, saya tidak harus mengalami ini semua. Betapa terlukanya keluarga saya, teman dekat saya, dan orang-orang yang menyayangi saya," ungkap dia.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait