BANYUWANGI, iNews.id - Perum Perhutani KPH Banyuwangi Barat serius meningkatkan produksi hasil hutan bukan kayu. Perhutani melibatkan masyarakat untuk memproduksi getah pinus yang menjadi andalan baru perhutani untuk meningkatkan pendapatan.
Perhutani menargetakan, pendapatan dari produksi getah pinus diharapkan dapat melampaui pendapatan dari hasil kayu. Untuk itu, Perum Perhutani memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar hutan sebagai mitra penyadap getah pinus. Kebijakan ini diharapkan meningkatkan ekonomi masyarakat di kawasan hutan.
"Pendapatan dari penyadapan getah pinus pada awal bulan Januari 2022 KPH Banyuwangi Barat bisa melampaui RO Bulan Januari Tahun 2022, target 248 ton terealisasi 278 Ton = 112%. Target NPS 6% terealisasi 6,7%," kata Administratur/KKPH, Perhutani Banyuwangi Barat, Dedy Siswandhi.
Kegiatan sadapan getah pinus di Perhutani KPH Banyuwangi Barat sebanyak 1.652 orang penyadap. Sedangkan potensi tegakan Pinus yang bisa disadap dan masih membutuhkan tenaga sadapan baru. Sedangkan tahun 2021 produksi KPH Banyuwangi Barat mencapai 3.624.440 kg dikalikan rata - rata tarip getah 4.500 = Rp16,4 miliar, belum upah untuk tenaga langsir dan kuli muat naikan ke truk.
Kegiatan Sadapan getah pinus ini merupakan kegiatan padat karya, hanya bermodalkan alat sadap petel penyadap sudah bisa bekerja melakukan sadapan di pohon pinus dan setiap 15 hari sekali sudah bisa memanen atau dipulung dan disetorkan ke tempat penampungan getah (TPG).
Dalam 15 hari ini penyadap hanya 6 kali mendatangi andil sadapanya, hari ke-1 melakukan pembaharuan atau buat quare. Hari ke-2 melakukan penyemprotan stimulansia sedangkan hari ke-5 pembaharuan dan hari ke-6 menyemprot stimulansia dan hari ke-10 pembaharuan serta menyemprot lagi hingga hari ke-15 dan siap dipulung.
Selain itu waktu yang digunakan untuk aktifitas penyadapan dilakukan pada waktu pagi hari dan dilakukan siang maupun sore hari. Bahkan para penyadap getah pinus sekali setor hasil pendapatan mencapai Rp 800.000 dengan perolehan terendah Rp450.000 sedang pendapatan tertinggi Rp3 juta rupiah. "Penghasilan ini belum termasuk hasil dari tanaman mereka yang dibawah tenaga pinus yang menjadi lokasi sadapannya,"kata Dedy Siswandhi.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait