SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Muhammad Zinedine Alam Ganjar, putera semata wayang calon Presiden Ganjar Pranowo datangi acara Menyambut Imlek Bersama dalam Kebhinekaan, Jumat (2/2/2024) malam di Golden City Mall Surabaya. Ia datang bersama putri Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo, yakni Angela Tanoesoedibjo.
Mereka berdua datang atas undangan Deputi Kinetik Teritorial TPN Ganjar-Mahfud, Luki Hermawan dan juga GP Link Surabaya. Selain Alam dan Angela, acara menyambut Imlek tersebut juga dihadiri Luki Hermawan mantan Kapolda Jawa Timur, Pengusaha Tionghoa Surabaya, para tokoh-tokoh Tionghoa Surabaya, hingga pemuda-pemuda lintas agama di Kota Pahlawan.
Dalam acara itu, baik Angela dan Alam sama-sama mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangan mereka tentang perbedaan dan Kebhinekaan di Indonesia. Utamanya terhadap masyarakat keturunan Tionghoa. Mereka berdua sepakat jika Indonesia harus dibangun dengan gotong royong tanpa diskriminasi tentang apapun.
Sebab, masyarakat keturunan Tionghoa sendiri juga berperan penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Meski sempat mendapatkan diskriminasi di zaman orde baru, masyarakat Tionghoa kini bersyukur Indonesia bisa beranjak ke masa yang lebih baik. Maka dari itu, jangan sampai di kemudian hari, terjadi lagi diskriminasi terhadap masyarakat Tionghoa oleh pemerintah.
Ketika ditemui pasca acara, Alam mengaku sangat senang bisa ikut dalam perayaan Imlek bersama masyarakat Surabaya. Sebab, ia ingin belajar mengenai nilai keberagaman di Kota Pahlawan.
"Dari awal ketika diundang saya bersedia ikut. Saya pingin belajar dan ikut langsung mempelajari nilai nilai keberagaman yang ada. Mendapat pengalaman dan menginternalisasi hal hal yang ada. Ini menjadi suatu nilai dan optimisme bersama dan kedepannya nilai nilai persatuan harus dijaga betul," kata Alam.
Terkait dengan nilai-nilai Tionghoa yang disampaikan ketika acara, Alam mengaku mendapat banyak pandangan baru dalam berbudaya dan bermasyarakat. Apalagi di Indonesia banyak masyarakat keturunan yang hidup dan menjadi Warga Negara Indonesia seutuhnya.
Nilai-nilai itu bagi Alam, meskipun berbeda harus tetap dipelajari. Sebab ternyata, akar atau tujuan dari nilai-nilai tersebut memiliki makna yang sama. Yakni kebaikan bagi rakyat Indonesia.
"Saya mendapat banyak insight, filosofi Tionghoa utamanya dan ini menjadi nilai yang luar biasa bagaimana kita memiliki satu tujuan bersama memiliki cita-cita yang sama. Tinggal bagaimana kita mempersatukan nilai-nilai tersebut dengan semangat gotong royong.
Harapannya kita harus berorientasi kepada satu hal saja, yakni kita sebagai warga Indonesia melakukan sesuatu demi kebaikan bersama. Kita harus bersatu tanpa diskriminasi. Karena semua itu indah jika dikerjakan secara bersama-sama," tutupnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait