Istri dr Hardian Sinaga Sp.OG ini mengungkapkan, pekerjaan seorang bidan saat ini tidak hanya pada kegiatan ANC (antenatal care), pemeriksaan rutin yang dilakukan untuk mengoptimalkan kesehatan fisik dan mental ibu hamil, sehingga ibu hamil diharapkan bisa lebih siap menghadapi persalinan, nifas, dan pemberian ASI eksklusif.
Tapi juga mengerti tentang bagaimana bisa melakukan SHK (skrining hipotiroid kongenital), skrining atau uji saring dengan pengambilan sampel darah pada tumit bayi yang baru lahir.
“SHK dilakukan untuk mengelompokkan bayi yang menderita Hipotiroid Kongenital (HK) dan bayi yang bukan penderita, sehingga bayi mendapatkan penanganan secara cepat dan tidak akan memberikan dampak yang cukup serius terhadap tumbuh kembang bayi,” tutur ibu dari Hans dan Hana, kembar yang kini berusia 9 bulan.
Herna mengakui pendidikan profesi bidan yang dijalaninya di Unusa telah memberikan bekal positif untuk keberlangsungan klinik mandiri yang dikelola bersama suami.
“Saya jadi makin matap dan percaya diri untuk menjalankan praktik klinik mandiri. Terlebih saya sering berkolaborasi dengan kemampuan suami yang spesialis obstetri dan ginekologi. Saya fokus pada keahlian kebidanan, tapi jika ada pasien yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut seperti tentang patologi saya akan merujuknya ke suami,” ungkap Herna yang menjadi satu-satunya peserta pelantikan dan pengambilan sumpah profesi bidan beragaman Kristen.
Mungkin berkat kolaborasi istri yang seorang bidan dan suami spesialis Obgyn itulah konon klinik kebidanan mandiri milik Hena di Kawasan Balungbendo, Sidaoarjo, ramai dikunjungi. Dalam sebulan lebih dari 100 pasien mereka dapat ditangani
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait