SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Umar Syaroni hidup dengan filosofi bahwa mimpi adalah kunci mencapai segala hal. Baginya, semakin berani bermimpi, semakin banyak pula yang bisa diraih. Sebaliknya, ketakutan untuk bermimpi hanya akan menghalangi langkah menuju kesuksesan. Terlahir sebagai penyandang tunadaksa, Umar tak pernah menyerah. Ia terus menghadapi cibiran dan makian dengan kepala tegak, membuktikan bahwa dirinya mampu mewujudkan impian-impian besarnya.
Meski banyak yang meremehkan, semangat dan tekad kuat Umar membawanya pada pencapaian luar biasa. Alumnus Magister Media dan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) ini bukan hanya lulus dengan predikat tercepat, tetapi juga menorehkan prestasi gemilang. Kini, Umar melanjutkan pendidikan doktoralnya di University of Sydney, Australia, melalui Beasiswa Afirmasi Disabilitas dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Selama berkuliah di UNAIR, Umar mencatat banyak prestasi. Ia sering menjadi moderator dalam webinar bilingual yang diselenggarakan oleh Departemen Ilmu Komunikasi UNAIR. Umar juga terlibat dalam kelas internasional AMERTA untuk mata kuliah Intercultural Business Communication dan proyek penelitian dosen.
“Saya diberi kesempatan untuk mempresentasikan tesis dalam Graduate Communication Forum bersama University of Santo Tomas, Filipina,” ujar pemuda asal Surabaya itu.
Fokus Umar pada inklusivitas penyandang disabilitas membawanya lolos seleksi dalam program United People Global (UPG) Sustainability Leadership 2022. Dari 6.553 peserta, ia terpilih menjadi salah satu dari 500 perwakilan dari 120 negara.
Program yang digagas United People Global, organisasi non-profit berbasis di Jenewa, Swiss, ini berfokus pada isu Sustainable Development Goals (SDGs). Setelah empat bulan menjalani berbagai kegiatan dan kelas daring, Umar lulus sebagai Certified Sustainability Leader.
“Lebih dari 50 webinar mempercayai saya sebagai pembicara dengan topik public speaking, komunikasi organisasi, dan isu disabilitas,” ungkapnya.
Cinta Umar terhadap isu difabel membuatnya bergabung dengan Rumah Disabilitas Pusat, organisasi yang fokus pada advokasi inklusi difabel. Sebagai Ketua Departemen Pendidikan, Umar aktif mengedukasi masyarakat melalui konten digital dan berbagai webinar pendidikan untuk kaum disabilitas.
“Sebagai penerima Beasiswa Afirmasi Disabilitas LPDP, saya berharap bisa menginspirasi penyandang disabilitas lainnya untuk melanjutkan studi S2 maupun S3 dengan Beasiswa LPDP,” kata Umar.
Ia bersama timnya telah membantu lebih dari sepuluh penyandang disabilitas mendapatkan Beasiswa Afirmasi Disabilitas LPDP.
Umar mengakui masa lalunya penuh dengan pengalaman buruk. Dengan kondisi fisiknya, ia sering dihina dan diremehkan. Bahkan, ia telat masuk Sekolah Dasar (SD) karena ditolak beberapa sekolah. Pengalaman ini menjadi motivasi untuk membuktikan bahwa ia mampu meraih mimpinya.
“Orang tua saya adalah pahlawan sejati. Tanpa dukungan mereka, saya tak akan bisa mencapai titik ini,” ujar Umar.
Kini, Umar merasa sangat bersyukur bisa menempuh studi hingga S3 di Australia berkat beasiswa LPDP. Ia mengingat tahun 2022 sebagai tahun tersibuk dan bersejarah dalam hidupnya, di mana persiapan studi S3 lebih kompleks dari yang ia bayangkan.
“Setelah mengirim email ke lebih dari 30 universitas, akhirnya saya diterima di University of Sydney dan mendapatkan beasiswa LPDP untuk kedua kalinya,” tuturnya.
Dengan semangat dan tekad yang kuat, Umar Syaroni membuktikan bahwa mimpi besar bisa diraih, tak peduli seberapa besar rintangan yang menghadang. Kisahnya adalah inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang meraih mimpi tanpa takut dan tanpa ragu.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait