Mesin ini juga dilengkapi sistem kelistrikan canggih yang memungkinkan proses produksi berjalan otomatis, mulai dari pemanasan hingga pengisian susu ke dalam botol.
“Dengan bantuan conveyor, botol-botol susu otomatis bergerak dan berhenti saat melewati sensor, lalu diisi susu dalam waktu hanya 15 detik per botol,” jelas Slamet.
Inovasi ini tidak hanya membuat proses pasteurisasi lebih cepat dan efisien, tetapi juga lebih higienis karena meminimalkan kontak langsung dengan tangan manusia. Setelah melalui serangkaian pengujian di Balai Uji SGS Indonesia, hasilnya menunjukkan bahwa susu yang dipasteurisasi dengan mesin ini memenuhi standar keamanan konsumsi sesuai dengan peraturan BPOM.
Dalam presentasinya di hadapan para mitra penjual susu dan mahasiswa Fakultas Teknik Mesin UWP, Slamet mengungkapkan bahwa mesin ini mampu mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para pengusaha susu kecil, seperti aroma susu yang kurang sedap dan kapasitas produksi yang rendah.
Menurut salah satu mitra, Achmad Yamuhaimin dari Trenggalek, mesin ini mampu menjaga suhu dan mengaduk susu secara otomatis, sehingga kualitas dan rasa susu yang dihasilkan lebih konsisten.
Sementara itu, Sutiah, pengusaha minuman CAOSU, menyatakan harapannya bahwa dengan menggunakan susu hasil pasteurisasi mesin ini, rasa manis berlebih pada produknya bisa dikurangi, sehingga lebih sesuai dengan selera konsumen.
Di akhir presentasi, hasil olahan susu tersebut dibagikan kepada 50 atlet Jujitsu Dojo Wijaya Putra, dan mereka pun sepakat bahwa rasa susu yang dihasilkan gurih dan sangat memuaskan.
Inovasi Mesin Pasteurisasi Susu Sapi ini tidak hanya menjadi solusi bagi para pengusaha susu, tetapi juga bukti nyata kontribusi Universitas Wijaya Putra dalam mendukung kemajuan industri lokal melalui teknologi yang praktis dan berkualitas tinggi.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait