Siasat Cerdik Petani Tanah Gersang Madura, Sayur dan Buah Tumbuh Subur di Lahan Kritis

Ali Masduki

BANGKALAN - Pulau Madura merupakan pulau terbesar di Jawa Timur yang memiliki luas lahan kering paling tinggi. Meskipun punya lahan luas, tanah-tanah mereka gersang dan mustahil untuk bercocok tanam. 

Kondisi itu rupanya menjadi salah satu alasan kenapa orang Madura lebih memilih hijrah ke berbagai daerah hingga ke luar negeri. Bagi mereka, merantau adalah jawaban praktis untuk menopang kebutuhan hidup keluarga.

Namun siapa sangka, dibalik tren merantau tersebut, rupanya ada sekelompok petani yang tetap bertahan di kampung halaman. Mereka adalah Kelompok Tani Bumi Sentosa Sejahtera, Desa Bandangdajah, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan, Madura.

Kelompok tani ini berjumlah sebanyak 15 orang. Meskipun dihadapkan dengan tanah gersang, mereka tidak menyerah. Warga Pesisir Utara Kabupaten Bangkalan itupun akhirnya menemukan siasat cerdik, sehingga sayur mayur dan buah-buahan tumbuh subur di lahan kritis.

Untuk bisa bercocok tanam di lahan kering, para petani Madura itu melakukan rehabilitasi lahan kritis dengan memanfaatkan 1 ha area demplot pertanian atau kebun percontohan. Mereka memanfaatkan potensi yang ada di kampungnya. Salah satunya yakni serabut kelapa.

Jika sebelumnya dibuang dan dibakar, saat ini serabut kelapa dijadikan media tanam sehingga air tidak ngerembes dan tidak menguap. Selain pengolahan lahannya, dalam proses perawatan tanaman, kelompok juga melakukannya secara organik. Desa Bandangdaja yang hampir 80% penduduknya memiliki hewan ternak memiliki masalah banyaknya kotoran hewan yang tidak dioptimalkan sehingga menjadi pencemaran udara.  

Sedangkan untuk pengairan sendiri, kelompok tani menerapkan teknologi rain harvesting (pemanenan air hujan). Ini merupakan metode untuk mengumpulkan dan menyimpan air hujan yang berasal dari atap bangunan atau permukaan lain dan juga dari embun. Selain itu terdapat atmosfering rain harvesting, dimana metode untuk mengumpulkan air dari kelembapan suhu suatu permukaan. 

Ketua Kelompok Tani Bumi Sentosa Sejahtera, Achmad Marnawi, menjelaskan bahwa atmosfering rain harvesting merupakan metode penen embun. Saat musim kemarau bisa membantu kebutuhan air dan jika musim hujan bisa menangkap hujan. Ide ini hasil diskusi bersama saat pelatihan mengenai pengelolaan pertanian berkelanjutan kepada masyarakat dalam program Eco Edufarming PHE WMO.

"Kami para petani saling sharing bagaimana cara terus memajukan pertanian yang ada di Bandangdajah ini," ucapnya. 

Kelompok Tani Bumi Sentosa Sejahtera yang bergerak dalam program pertanian holtikultura tersebut merupakan binaan PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), anak perusahaan dari PT. Pertamina Hulu Energi yang fokus pada kegiatan eksplorasi dan produksi minyak serta gas bumi di wilayah lepas pantai barat Madura. 

Program pertanian holtikultura dengan teknologi tepat guna ala PHE WMO merupakan hal baru dan satu-satunya di Kabupaten Bangkalan. Program ini diharapkan menjadi solusi permasalahan lahan kritis di pesisir dan mendorong pemuda lokal untuk bangga dan berjuang untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan desanya melalui pertanian.

Editor : Ali Masduki

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network