Dalam kesempatan tersebut, KH Kikin Abdul Hakim membacakan catatan historis mengenai Resolusi Jihad dan pertempuran heroik 10 November 1945 di Surabaya, yang menjadi tonggak perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
"Resolusi Jihad adalah panggilan suci untuk mempertahankan tanah air dari penjajah," tegasnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan ceramah inspiratif dari Prof Dr Muhammad Nuh, yang mewakili Ketua Umum PBNU, KH Cholil Staquf. Dalam ceramahnya, ia membahas peran NU dalam memperjuangkan kemerdekaan dan menjaga keutuhan NKRI.
Ketua PCNU Surabaya, KH Masduki Toha, Rais Aam PBNU, KH Miftachul Achyar dan Ketua PWNU Jatim, KH Kikin Abdul Hakim Mahfudz.. Foto iNewsSurabaya/arif
Sebagai puncak mujahadah, Rais Aam PBNU, KH Miftachul Achyar, memberikan taujihat penting. Ia menekankan tiga pesan utama bagi warga NU, yakni menjaga kewaspadaan, selalu melakukan tabayyun (klarifikasi), serta memegang teguh prinsip sami’na wa atho’na kepada pimpinan NU.
“Kewaspadaan terhadap berbagai isu, sikap tabayyun, dan ketaatan kepada pemimpin adalah kunci dalam menjaga persatuan dan kekompakan kita,” ujar Buya Miftachul Achyar.
Setelah rangkaian acara selesai, ribuan warga NU secara bergantian berfoto bersama di Gedung HBNO, memperkuat ikatan persaudaraan dan kebanggaan sebagai bagian dari keluarga besar Nahdlatul Ulama.
Di sisi lain, Ketua LPBHNU PCNU Surabaya, Oktavianto Prasongko, SH, M.Kn, mengungkapkan rasa bahagianya atas suksesnya acara ini. "Kekompakan semua pihak menunjukkan betapa kuatnya organisasi kita. Ini benar-benar luar biasa," ujarnya antusias.
Momentum ini tidak hanya menjadi ajang peringatan sejarah, tetapi juga meneguhkan semangat juang warga NU untuk terus berkontribusi bagi bangsa dan negara.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait