MAGETAN, iNewsSurabaya.id – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang kembali merebak di Jawa Timur (Jatim) menjadi perhatian serius.
Wakil Ketua DPRD Jatim, Deni Wicaksono, menyoroti peningkatan kasus PMK yang dinilai lebih ganas dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disampaikannya saat meninjau langsung dampak wabah di Pasar Parang, Magetan, Kamis (16/01/2025).
"Wabah PMK kali ini lebih cepat menyerang dan menyebabkan kematian ternak dalam waktu singkat," ungkap Deni.
Ia menambahkan, koordinasi intensif antara DPRD Jatim, Dinas Peternakan, dan dr. Indi Aryani, Kepala Dinas Peternakan Jatim, terus dilakukan untuk mengatasi situasi darurat ini.
Deni menekankan pentingnya koordinasi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk memastikan efektivitas distribusi dan pelaksanaan vaksinasi PMK. Lebih jauh, ia mendesak pemerintah pusat untuk menaikkan status PMK menjadi wabah nasional.
"Agar penanganannya bisa lebih komprehensif," tegasnya.
Upaya Pemerintah Jatim
Pemerintah Provinsi Jatim telah melakukan berbagai upaya penanggulangan sejak November 2024. Distribusi obat-obatan dan vaksinasi telah dilakukan, dengan total 12.500 dosis vaksin pada akhir Desember 2024 dan tambahan 616.500 dosis pada 15 Januari 2025.
Anggaran APBD pun telah ditambah untuk pengadaan vaksin, sehingga total vaksin yang tersedia mencapai 1,4 juta dosis.
Meskipun masih kekurangan, upaya pengadaan melalui Belanja Tidak Terduga (BTT) terus dilakukan. Penyemprotan disinfektan dan pembukaan ruang koordinasi bagi peternak juga menjadi bagian dari strategi penanganan wabah.
Pentingnya Pembatasan Lalu Lintas Ternak
Meningkatnya kasus PMK di Jatim membuat Deni Wicaksono menekankan perlunya pembatasan lalu lintas ternak. Hewan yang akan dipasarkan atau dikirim harus sudah divaksin dan dilengkapi surat keterangan kesehatan dari dokter hewan.
"Jawa Timur memiliki populasi ternak yang besar. Kita harus memastikan ternak yang dijual, terutama menjelang Idulfitri dan Iduladha, dalam kondisi sehat," ujarnya.
Asuransi Ternak: Solusi Jangka Panjang
Menanggapi aspirasi peternak, Deni juga menyampaikan perlunya skema asuransi ternak sebagai solusi jangka panjang. Meskipun implementasinya masih membutuhkan kajian lebih lanjut, ide ini dianggap penting untuk melindungi peternak dari kerugian besar akibat kematian ternak.
"Ke depan, skema asuransi ternak seperti BPJS untuk manusia bisa menjadi solusi," jelas Deni.
Edukasi dan Kesadaran Peternak
Dr. Indi Aryani, Kepala Dinas Peternakan Jatim, menambahkan pentingnya peran aktif peternak dalam pengendalian wabah.
Beberapa langkah yang dianjurkan antara lain: pertama, tidak menjual ternak dengan harga murah secara panik. Kedua, membatasi akses orang yang tidak berkepentingan ke kandang. Ketiga, melakukan desinfeksi rutin di kandang dan area pasar, dan keempat pelapor segera jika ada ternak yang terjangkit.
"Edukasi adalah kunci. Kami minta bantuan media untuk menyampaikan pesan ini kepada peternak," kata dr. Indi.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait